Setengah jam setelah menunggu, bantuan datang. Pemadam kebakaran bersama dengan bantuan lainnya, memberikan instruksi pada Sena, Adi dan lima orang lainnya agar proses bantuan berjalan lancar. Satu persatu orang dikeluarkan dari ruang kecil di dalam reruntuhan dan setelah Sena keluar, Sena langsung memberikan beberapa posisi korban-korban yang dalam keadaan luka parah dan tidak bisa bergerak.
“Terima kasih banyak untuk infonya, Bu. Tapi Ibu bergerak di dalam reruntuhan, Ibu cukup berani.” Salah satu petugas pemadam kebakaran bicara dengan nada cemasnya. “Kalo Ibu salah memilih jalan, mungkin Ibu bisa kehilangan nyawa Ibu.”
“Saya minta maaf untuk itu, Pak. Tapi saya punya sedikit pengetahuan soal terjebak di dalam reruntuhan seperti ini.”
Setelah selesai menerima beberapa pengcekan medis sederhana, Adi bersama dengan Sena dan korban-korban lain yang telah berhasil dievakuasi, hendak dibawa ke rumah sakit terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lain.
Di mana tempatku tadi terjebak? Ketika sedang berada dalam truk evakuasi yang akan membawa Adi ke rumah sakit terdekat, sejenak Adi penasaran dengan lokasi pertama di mana dirinya terjebak bersama dengan Sena dan sempat tak sadarkan diri.
Di sisi lain, anggota pemadam kebakaran yang mengantar Adi bersama dengan kroban evakuasi lain sedang bicara dengan Sena dan kebetulan sedang membicarakan apa yang membuat Adi penasaran.
Dan tak sengaja sesuatu yang tidak diduga Adi terdengar olehnya.
“Perhitungan jarak Ibu akurat sekali.” Anggota pemadam kebakaran itu memuji Sena.
“Saya hanya menerapkan apa yang saya pelajari di masa lalu, Pak.”
“Saya puji Ibu untuk hal itu. Ibu benar-benar tenang dalam situasi ini. Tapi meski pilihan untuk bergerak dalam reruntuhan adalah pilihan yang berbahaya kalo tidak punya pengetahuan dasar, saya setuju pilihan Ibu untuk bergerak.” Anggota pemadam kebakaran kemudian mengangkat tangannya dan menunjuk sebuah lokasi. “Kalo dari hitungan langkah Ibu, harusnya lokasi Ibu berada di sana kan?”
“Saya rasa memang mungkin di sana, Pak.” Sena menjawab dengan perkiraan dari hitungan langkahnya sewaktu bergerak tadi. “Memangnya ada apa dengan lokasi itu, Pak?”
“Lokasi itu adalah satu dari lokasi pertama yang kami untuk dilakukan evakuasi. Kelihatannya lokasinya aman dan reruntuhannya stabil. Kami sangat berhati-hati agar kami tidak membahayakan korban yang mungkin ada di bawah reruntuhan. Tapi ada sesuatu yang tak terduga terjadi.”
Emangnya, apa yang terjadi? Adi yang ikut mencuri dengar, merasa sangat penasaran dengan ucapan dari pemadam kebakaran yang sedang bicara dengan Sena.
“Apa yang terjadi, Pak?” tanya Sena.
“Di sana ada korban lain. Korban itu berusaha keluar dengan memindahkan reruntuhan lain yang bisa dipindahkannya. Berkat usaha itu, beberapa reruntuhan lain justru kehilangan keseimbangannya dan terjadi pergerakan lagi. Andai Ibu tetap di sana tadi, pasti Ibu dan beberapa korban lain yang ada di sana akan mengalami luka yang cukup parah karena hal itu.”
Eh?? Adi yang mendengar jawaban itu langsung memasang wajah kaget dan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kalo aku dan Sena enggak bergerak tadi, kami berdua mungkin akan terluka lebih parah dari ini dan mungkin akan mati.
Adi menatap wajah Sena, mengembuskan napas leganya karena tadi mengikuti insting Sena yang justru membawanya ke jalan yang tidak berbahaya.
Ya Allah!
Syukur aku dan Sena bergerak tadi.
Sembari bersyukur dengan pilihan Sena, Adi mendadak teringat dengan segala hal yang terjadi sebelum gempa itu terjadi.
“Kenapa? Enggak suka sama tempatnya??”
“Bukan.”
“Trus, kenapa mukamu kelihatan gelisah gitu? Kalo emang enggak suka, kita bisa pindah tempat.”