Kukira, Sendiri itu Asyik

Rina F Ryanie
Chapter #28

28. Menguatkan Hati yang Terusik

Esok paginya, kusiapkan menu sarapan yang sengaja kumasakkan makanan kesukaan Fian. Ikan mas goreng dengan sambal kecap, sayur asam dan tempe bacem. Bukan maksudku untuk mengusik lagi kenangan. Tetapi untuk menghargainya sebagai anggota keluarga. Tak lebih. Seperti dugaanku, ia terlihat surprise. Dengan lahap ia menikmati hidangan yang aku yakin istrinya tak bisa mengolah masakan.

“Wah! Seperti mimpi rasanya bisa mencicipi makanan selezat ini lagi,” gumamnya dengan nada puas.

Om dan tanteku terlihat bahagia bisa berkumpul dan sarapan bersama. Sesekali Om Dira tersenyum sambil menyusut air mata haru yang menetes, dengan diam-diam.

“Dinda tinggal di sini saja ya, sama nenek dan kakek?” bujuk Tante Lies merayu Dinda. Yang dibujuk tetap asyik dengan tempe bacem yang dilumuri sambal kecapnya. 

“Dinda masih harus melanjutkan terapi, Tante. Tapi kami akan sering-sering mengunjungi Om dan Tante,” jawabku mewakili Dinda.

“Aku juga janji, Ma, Pa. Akan sering lagi nengokin Mama dan Papa.” Tanpa ditanya, Fian menimpali obrolan kami seraya matanya melirik ke arahku. 

Dalam hati, aku mengumpat, “masa bodoh, mau sering atau enggak, bukan urusanku!”

“Itu memang sudah kewajibanmu sebagai bakti sama orang tua, Fian!” sindir Tante Lies sambil menyuapi nasi ke mulut suaminya.

Fian terdiam disindir seperti itu oleh ibunya. Tangannya beralih ke tangan Dinda yang berlepotan kecap. Kemudian mengelap seolah ingin mengalihkan fokus pembicaraan.

“Kamu ke sini jangan karena Vanna akan jengukin kami. Ingat istri dan anakmu yang sekarang di Jakarta.” Om Dira menimpali sindiran istrinya kepada Fian.

“Tapi, apa salahnya kalau aku juga ingin bertemu dengannya ... emh, maksudku, Dinda. Kan dia anakku juga,” ucap Fian berkilah.

“Vanna juga belum tentu mau ketemu kamu. Ini saja nggak sengaja, kan?” Tante Lies menoleh padaku. Meski jelas grogi, aku mengiakan pendapatnya.

“Untuk mendatangi rumahnya, aku belum berani, Ma. Tahu sendiri bagaimana aku berhadapan dengan Om dan Tante Surya. Aku belum siap!” ujar Fian dengan nada yang terasa menyesali perbuatannya.

Lihat selengkapnya