Autrukh

Nonashitha
Chapter #1

Takdir di atas Rencana

Malam yang indah, dihias kemerlip bintang-bintang. Begitu indahnya, hingga nyanyian jangkrik pun terdengar laksana alunan melodi. Angin yang meliuk-liuk di gelap gulita sepertinya ikut menari. Turut mengungkapkan riangnya suasana hati. Membuat syahdu perasaan seorang gadis yang tengah duduk di depan cermin.

Gadis itu tersenyum, menampakkan senyum termanis dari wajah cantiknya yang telah terpoles make up. Rona bahagia menambah kontras blush-on di pipinya. Kedua mata seterang bintang itu tengah memandangi sosok yang terpantul dari cermin.

Apa aku sudah cukup cantik? Apakah penampilanku malam ini cukup membuat iri bidadari di langit? Apakah Rifky akan terpesona melihat penampilanku malam ini? Ya Tuhan, aku gugup sekali. Jangan-jangan ... keluarga Rifky kurang menyukai riasan wajahku. Akan tetapi, make up terlalu tebal juga akan terasa aneh di wajahku.

Zianna Larasati, begitu nama pemilik postur tubuh tinggi semampai, yang saat ini memakai kebaya berwarna merah maroon, dengan rambut disanggul indah. Ia tengah sibuk mempersiapkan diri untuk pertunangannya malam ini dengan seorang lelaki tampan dan mapan.

Rifky Aditya Syahreza, begitulah nama lengkap lelaki yang akan bertukar cincin dengan Zia. Dia adalah putra dari Zayn Syahreza—seorang pengusaha kaya asal Indonesia.

Siapa yang tidak kenal Tuan Syahreza? Perusahaan miliknya yang bergerak di bidang properti sudah termasyur hingga ke penjuru Nusantara. Begitupun rumor tentang betapa kaya raya seorang Syahreza. Hampir semua orang tahu.

"Sayang, kamu sudah siap?" Seorang wanita berusia 45 tahun itu masuk ke kamar putrinya. Wanita itu juga mengenakan pakaian kebaya berwarna cokelat, dengan rambut disanggul rapi. Bu Farida, namanya. Dia adalah ibu kandung Zianna.

Zia langsung menoleh ke arah ibunya yang berjalan menghampirinya. "Mama."

Farida mengajak putrinya berdiri. Dipandanginya putri semata wayangnya itu dari atas ke bawah, meneliti adakah yang kurang dari penampilan Zianna. "Kamu cantik sekali, Nak," puji Farida seraya tersenyum.

"Siapa dulu yang membantu menyiapkan diriku?"

"Siapa?" tanya Farida.

"Siapa?" Zianna turut bertanya.

"Siapa?" ulang Farida lagi.

Zianna meletakkan kedua telapak tangannya ke pipi ibunya. "Orangnya ada di depan mataku."

Kedua perempuan itu pun tertawa, kemudian saling memeluk.

"Aku menyayangimu, Mama. Terima kasih banyak atas segalanya, dukunganmu, restumu, juga kasih sayangmu kepadaku dan Rifky. Sehingga kami bisa melangkah sejauh ini," ucap Zia sembari memeluk ibunya erat.

"Itu sudah kewajiban mama, Nak. Mama doakan yang terbaik untuk hubungan kalian berdua. Semoga ini adalah pilihan terbaik untuk kalian." Farida melepaskan pelukannya. "Hei, jangan cengeng! Ini hari istimewa. Hari bahagiamu. Jangan biarkan air mata merusak make up indah di wajahmu!" Farida menyentuh lembut pipi putrinya. Ditatapnya kedua mata yang tampak berkaca-kaca itu.

"Ini juga, air mata bahagia, Ma."

Lihat selengkapnya