Kuliah Kok Gitu?

William Oktavius
Chapter #1

The Beginning

Ketika ku berdoa, Mujizat itu nyata

Alunan lagu Mujizat Itu Nyata menggema di kamar apartemen milik Leo. Saat ini, Leo sedang bersiap untuk mengisi Kartu Rencana Studi (KRS). Leo sengaja memutar lagu rohani agar feel untuk mendapat kelas yang diinginkan bisa tercapai. Siapa tau mujizat beneran ada, pikirnya. Leo adalah mahasiswa kimia di Universitas Satu Ilmu. Universitas ini termasuk universitas bergengsi di Jakarta. Meskipun bergengsi, mahasiswa mempunyai julukan unik di kampus ini, yaitu USIL. Usil karena ada saja kejadian tidak terduga yang terkadang membuat mahasiswa merasa terusili. Salah satunya yaitu server down di saat setiap masa pengisian KRS.

“Padahal masih lima belas menit lagi buat pengisian KRS, tapi server udah down aja,” omel cowok berwajah tampan ini. Ia kemudian berdiri sejenak, meregangkan badan atletisnya itu. Saat ini, Leo akan memasuki semester tiga. Akademik yang sudah Leo jalani selama dua semester masih berjalan baik. Di atas tiga koma dua lima, cukup baik untuk mahasiswa tingkat pertama di jurusan yang ia lalui.

Sambil mendengarkan lagu dan terus me-refresh web akademik kampusnya, Leo mencoba mengecek kembali nama-nama mata kuliah yang hendak ia ambil. Memastikan bahwa semua sudah tercatat dan tidak ada yang tertinggal.

“Energetika 3 sks, Kinetika 2 sks, Elektroanalisis 2 sks, Kimia Organik 1 3 sks, Kimia Anorganik 1 3 sks, Biokimia 4 sks, Praktikum Kimia Analisis 2 sks, Statistika 2 sks. Anjir, 21 sks tapi matkulnya jahanam semua. Praktikumnya sih satu doang, tapi matkul yang lain sksnya gede-gede,” rutuk Leo saat mengecek kembali mata kuliahnya ini. Merasa beban kuliahnya di semester tiga akan terasa lebih berat. Ia pun akan segera merasakan bagaimana susahnya semester neraka yang selalu diucapkan oleh kakak tingkatnya itu. The real college is coming, pikirnya.

“Pokoknya Biokimia gak boleh sampai dapet Ibu Nita atau hidup gua bakal sengsara satu semester ini,” tekad Leo. Ia sudah mendengar rumor dari kakak tingkatnya, bahwa Ibu Nita terkenal sangat killer dalam mengajar. Tidak ada senyum, kuis dadakan yang setiap semester tidak bisa terprediksi waktunya, selalu marah-marah jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan pemikirannya, dan berbagai macam keseraman lainnya. Bahkan, setiap semester pasti minimal satu per empat dari jumlah mahasiswa di kelas itu mendapatkan nilai E.

“Sudah matkulnya susah, dosennya kayak gitu, yang selamat gak sampai setengah kelas pula. Ya Tuhan, ampunilah hambamu ini,” ucap Leo sambil bergidik. Takut jika mimpi buruknya, mendapatkan kelas Ibu Nita, terkabul.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan tepat. Menurut panduan, pengisian KRS bisa dimulai jika waktu sudah menunjukkan pukul sembilan tepat sesuai jam yang tertera di web. Namun, kenyataannya selalu berkata lain. Pengisian KRS selalu bisa dimulai beberapa menit setelah jam yang ditentukan. Tidak pernah on time, padahal menurut Leo, budaya tepat waktu itu sangatlah penting. Menghargai waktu adalah segalanya, prinsip yang selalu Leo pegang.

Lihat selengkapnya