Saatnya kan tiba nanti, kau lihat pelangi kasih-Nya…
Alunan lagu Pelangi Kasih-Nya menggema di kamar Leo. Mencoba menenangkan sang pemilik kamar yang sedang menatap jadwal kuliahnya hari ini. Hari ini Leo mempunyai jadwal kuliah pukul delapan pagi bersama Ibu Nita dan Leo sudah siap sejak pukul enam pagi lebih tiga puluh menit. Berbeda jauh jika dibandingkan keseharian Leo yang baru terbangun di saat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
Leo memang sengaja bangun lebih pagi pada hari ini. Tidak ingin terlambat di kelas pertamanya dengan ibu ratu. Dengar-dengar dari kakak tingkat, Ibu Nita sangat strict dalam urusan tepat waktu. Ia tidak pernah terlambat jika sedang mengajar, kecuali jika sudah ada pemberitahuan sebelumnya. Selain itu, jika waktu sudah menunjukkan tepat waktunya saat ia mengajar, siapa pun tidak diizinkan untuk datang terlambat. Walaupun masih diperbolehkan mengikuti perkuliahan, tapi bagi yang terlambat tidak diperkenankan untuk mengisi daftar kehadiran. Berani titip absen? Oh tentu saja kalian sudah tahu apa akibatnya. See you next year, alias selamat datang nilai E di transkrip nilai kalian. Selamat mengulang kembali mata kuliah Biokimia 1 di tahun berikutnya. Kejujuran adalah nilai mutlak jika kalian ingin selamat di mata kuliah 4 sks ini.
*****
Leo tiba di kelasnya dua puluh menit sebelum kelas dimulai. Rekor terbaru yang dibuat oleh Leo selama mengikuti kelas jam delapan pagi. Sebelum-sebelumnya, ia selalu hadir lima menit sebelum kelas dimulai. Leo memilih kursi yang sedikit di belakang, namun bukan yang paling belakang. Takut jika ia duduk terlalu belakang akan mempengaruhi fokusnya dalam mengikuti kelas ini. Irene dan Silvia datang tidak lama setelah Leo hadir, lalu Ubay seperti biasa datang menuju kelas ketika waktu perkuliahan hampir dimulai.
Dua menit sebelum kelas dimulai, datanglah seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun, berambut panjang, menggunakan kacamata, dan menjinjing tas laptop. Wanita itu adalah Ibu Nita, dosen yang paling dihindari satu jurusan kimia. Walaupun penampilan dari luar tidak ada yang aneh, namun jangan pernah tertipu dengan penampilan luarnya saja. Don’t judge a book by the cover. Penampilan boleh saja seperti malaikat, tapi jiwa singa tetap ada di dalam karakter Ibu Nita ini. Siap menerkam mahasiswa-mahasiswa yang tidak serius saat belajar di kelas Biokimia 1 ini.
“Selamat pagi anak-anak semua. Selamat datang di kelas Biokimia 1. Bersama saya, Ibu Nita, kita akan sama-sama belajar dengan baik di kelas ini.” Ibu Nita memulai perkuliahannya tepat jam delapan teng. Jika saja Ibu Nita sedang tidak ada di sini, ingin Leo memberikan applause karena dosennya itu begitu tepat waktu dalam hal mengajar.
“Kalian sudah siap semua untuk belajar di kelas biokimia?” tanya Ibu Nita sambil tersenyum. Semua mahasiswa menjawab siap, termasuk juga Leo. Meskipun demikian, entah mengapa Leo mempunyai firasat buruk atas pertanyaan ini.
“Oke, karena kalian semua sudah siap, silakan keluarkan selembar kertas, kita kuis pertama sekarang,” lanjut Ibu Nita dan langsung disambut dengan seruan terkejut dari mahasiswa-mahasiswa lainnya. Kelas seketika gaduh begitu Ibu Nita mengatakan ada kuis pertama di pertemenuan pertama mereka ini. Bener kan feeling gua. Pasti di hari pertama udah ada yang gak beres, batin Leo kesal sambil mengeluarkan selembar kertas. Tidak berniat protes karena Leo sudah menduga hal ini akan terjadi. Walaupun demikian, Leo juga tidak belajar sebelum mengikuti kelas ini karena rasa malas sudah tiba terlebih dahulu di dalam jiwa Leo.
“Bu, kita beneran kuis? Ini kan baru pertemuan pertama, apa yang mau kita jawab, Bu?” tanya Aldo, salah satu mahasiswa di kelas biokimia. Semua mata langsung tertuju pada Aldo, salut akan keberanian anak itu yang mempertanyakan mengenai kuis kepada Ibu Nita.
“Loh, kalian semua memang terakhir disetujui KRS-nya kapan?” tanya Ibu Nita sambil menyalakan laptopnya. Hendak menampilkan soal kuis.
“Tanggal 4 September, Bu.”
“Nah, sekarang itu tanggal 16. Kalian sudah melihat nama pengajar kelas biokimia yang kalian ambil itu saya. Berarti kalian punya waktu 12 hari untuk bersiap sebelum masuk di kelas ini. 12 hari itu amat sangat cukup untuk belajar mengenai apa yang akan dipelajari di kelas saya ini. Karena itu, tidak ada alasan bagi kalian untuk tidak siap mengikuti kuis kali ini,” balas Ibu Nita. Walaupun terdengar biasa saja cara bicaranya, namun kata-kata yang dilontarkan Ibu Nita cukup menohok bagi mahasiswa-mahasiswa yang berada di kelas ini. Harus selalu belajar untuk kelas biokimia, bahkan sebelum kuliah perdana kelas biokimia dimulai.
“Baik, Bu. Terima kasih atas jawabannya,” sahut Aldo berterima kasih. Tidak berniat menyanggah jawaban Ibu Nita karena Aldo merasa tidak ada gunanya berdebat lagi dengan jawaban yang sudah final itu.
Kuis dimulai dengan menjawab pertanyaan yang diberikan pada slide Ibu Nita. Lima menit untuk satu slide dengan total empat slide. Di setiap slide-nya diberikan tulisan peringatan. Barangsiapa yang mencontek akan diberikan nilai E pada mata kuliah ini.
“Gak usah ngelirik-lirik. Saya tau gerakan mata kalian yang berniat mencontek sama tidak. Ingat, yang mencontek akan dapat nilai E,” ucap Ibu Nita mengingatkan kembali peraturan saat ujian di kelasnya sambil berkeliling. Mengawasi tingkah laku mahasiswanya yang sedang tertekan karena diberikan kuis dadakan.
Dua puluh menit yang hening akhirnya selesai dilalui. Setelah mengumpulkan lembar jawaban kuis, Ibu Nita memulai perkuliahan dengan membacakan kontrak kuliah di mata kuliah Biokimia 1. Leo memperhatikan dengan sedikit tidak niat, namun berubah menjadi fokus saat Leo melihat komposisi penilaian. Kuis 1,2,3 masing-masing 10%. UTS 35%, UAS 35%. Gila, ini gak ada nilai tugas atau presentasi gitu? Pantas aja banyak yang ngulang, komposisi nilainya aja gak manusiawi gitu, gerutu Leo dalam hatinya. Kaget saat mengetahui nilai tugas dan presentasi tidak diperhitungkan, berbeda dengan mata kuliah lainnya yang pernah Leo ikuti, di mana semua mata kuliah itu terdapat nilai aktivitas mahasiswa.