“Kosong?”
Leo sedikit terkejut saat melihat kelasnya tidak ada orang. Sempat berpikir ia merasa salah kelas, Leo mengecek kembali nomor ruangan kelas statistikanya itu. “Benar kok ruangannya, tapi kok belom pada datang ya? Sepuluh menit lagi masuk padahal.” Sambil kebingungan, Leo kemudian mengecek handphone-nya untuk bertanya kepada teman-temannya. Namun, Leo menggeram kesal saat ia melihat pengumuman di grup kelas yang mengabarkan bahwa kelas statistika hari ini ditiadakan.
“Baru minggu kedua udah di-cancel kelasnya? Baru dikasih tau tadi banget? Tau gitu gua lanjut tidur di kos dah,” sungutnya. Merasa sudah tanggung karena nanti masih ada kelas, Leo memutuskan untuk pergi ke kantin saja sambil menunggu kelas berikutnya dimulai. Leo juga tidak bertemu dengan anak-anak lainnya sehingga Leo berasumsi bahwa mahasiswa lainnya memang belum datang ke kampus setelah pemberitahuan kelas dibatalkan.
*****
“Kita akan lanjutkan pembahasan yang sudah saya jelaskan minggu lalu. Setelah kita belajar mengenai sejarah atom dan lainnya dan beberapa prinsip dari para ahli mengenai atom, sekarang kita bahas mengenai persamaan schrodinger. Saya hanya menjelaskannya singkat saja karena nanti kalian di kimia kuantum akan mempelajari full mengenai persamaan schrodinger. Nah, persamaan ini bisa digunakan untuk pemodelan atom. Misalkan dari atom H.”
Penjelasan dari dosen yang sedang menjelaskan materi kimia anorganik membuat Leo merasa mengantuk. Terlebih karena tadi sempat merasakan kelas kosong di pagi hari, semangat Leo langsung menguap bersamaan dengan meningginya matahari. Di saat anak-anak lain begitu bersemangat mendengarkan penjelasan dari dosennya, Leo memilih untuk melakukan hal lainnya yang tidak ada kaitannya dengan perkuliahan. Nanti gua minta Ubay ajarin aja deh, batin Leo saat melihat temannya itu masih serius dalam memahami materi yang sedang dijelaskan.
*****
“Baik. Minggu ini kita akan membahas mengenai alkana, tatanama-nya, konformasi tiga dimensinya, lalu kita akan menyinggung sedikit mengenai reaksi radikal pada alkana. Mohon kalian perhatikan dengan baik karena ini merupakan fondasi dari kimia organik. Jika kalian tidak memperhatikannya, saya bisa pastikan perjalanan kimia organik anda, baik semester ini ataupun kimia organik dua di semester depan, bisa berjalan kacau.”
“Itu kata dosennya beneran apa cuma nakutin doang sih?” bisik Leo kepada Ubay yang berada di sampingnya. Ia merasa sedikit tidak percaya dengan omongan dosen kimia organik yang baru saja meminta untuk semua mahasiswa memperhatikannya.
“Ada benernya sih, walaupun gak semua. Materi kimia organik itu berkaitan semua dari bab awal sampai bab akhir di kimia organik dua semester depan. Jadi kita gak bisa lupain materinya gitu aja. Jadi mending ikutin kata dosennya aja buat merhatiin,” balas Ubay sambil sedikit berbisik juga.
Leo menghela nafasnya. Merasa bahwa semester tiga sudah terasa aura suramnya. Terlebih jadwal kuliahnya begitu padat di hari Senin dan Selasa membuat dirinya ingin cepat-cepat memperoleh libur di akhir semester nanti.
*****
“Welcome to the kelas kehidupan,” celetuk Leo saat Irene dan Silvia duduk di kursi yang berada di samping dirinya.
“Kelas kehidupan gimana dah?” tanya Silvia masih belum mengerti ucapan Leo.
“Bu Christy kan doyan banget ngasih wejangan-wejangan yang berguna buat kehidupan. Materi kinetikanya jadi berasa kayak numpang lewat aja, kadang malah dikait-kaitin sama ibunya. Ya tapi nasihat dari ibunya juga emang berguna sih kayaknya buat kita,” balas Leo. Ia masih mengingat nasihat Ibu Christy yang dilontarkan di kelas dan merasa itu mencerahkan pikirannya. Karena itu, Leo merasa penting untuk mencatat nasihat-nasihat yang diberikan Ibu Christy dibandingkan materi kinetika yang disampaikan. Tidak lama setelah itu, Ibu Christy datang dan membawakan materi perkuliahan.
“Tidak ada pertanyaan dari kalian? Jadi kalian percaya dengan apa yang saya jelaskan?” tanya Ibu Christy setelah menerangkan materi beberapa saat. “Kalo dari kalian punya sanggahan yang lebih tepat, boleh loh dikoreksi penjelasan saya,” lanjutnya.