“Kan. Gua bilang juga apa.”
Leo menggerutu kesal karena Irene meminta untuk tidak belajar terlebih dahulu karena dirinya sedang sibuk mengurusi kepanitiaan. Kondisinya tidak berbeda jauh saat dirinya dan Ubay sedang sibuk mengikuti kegiatan dan Leo meminta istirahat sejenak dari kegiatan perkuliahan.
“Untung gua udah kelar lombanya, jadinya kalo lo minta gak kerjain tugas bareng dulu, gua masih bisa back-up,” lanjut Leo masih menggerutu kesal. Sementara itu, Irene hanya tertawa menyadari kesalahannya. “Habisnya kerjaan di panitia mulai numpuk. Jadinya gitu deh. Kan gua kepengen istirahat juga,” sahutnya.
“Syukur deh kalo lo sadar bahwa istirahat itu penting,” sahut Leo menarik napasnya lega. Sempat terpikir bahwa dirinya yang terlalu lemah karena bawaannya ingin istirahat terus. Namun ternyata, teman-temannya juga merasakan hal yang sama. Terlebih ini sudah memasuki minggu-minggu terakhir semester di mana motivasi dalam menyelesaikan materi sudah sangat jauh menurun bila dibandingkan minggu pertama perkuliahan. Perlu sesuatu booster untuk membuat diri bisa semangat kembali menyelesaikan masalah perkuliahan yang tidak kunjung usai ini.
“Ya seenggaknya, kita berempat udah gak perlu marah-marah lagi lah ya perkara urusan kerja kelompok doang. Kita jadinya bisa saling back-up juga kan. Terus komunikasi kita juga udah bagus, emang terbaiklah geng kita ini,” sahut Silvia senang. Kejadian mereka berempat sampai marah-marah akibat kerja kelompok sudah tidak terjadi lagi. Memang, terkadang mereka berempat juga masih ada selisih paham, termasuk juga tugas kelompok. Namun, karena mereka sudah pernah menghadapi kejadian yang serupa, komunikasi yang sudah mulai berjalan baik, serta saling terbuka mengenai kesibukan masing-masing yang sedang dijalani. Jadinya, mereka berempat akhirnya bisa menyelesaikan satu per satu masalah yang muncul.
“Btw, Ibu Nita gak segalak itu ya kalo pas kita lagi nanya-nanya. Gua kira ibunya bakalan ngomel pas kita nanya-nanya gitu sehabis kelas. Kadang kan sampai kita samperin ke ruangannya. Untung ibunya ngizinin pas kita kasih tau kalo mau nanya materi.”
Irene menjadi teringat saat mereka berempat menjalankan rencana yang sudah dibuat. Mereka memang harus belajar lebih ekstra demi bisa mendapatkan pertanyaan yang tepat untuk ditanyakan. Ini dilakukan karena mereka takut Ibu Nita akan mengomeli mereka jika mereka bertanya tidak sesuai konteks yang ada atau pertanyaan yang mereka tanyakan sudah tertera jelas di buku.
Saat sesi kelas berakhir, sebelum Ibu Nita keluar dari ruangan kelas, The USIL langsung menghampiri Ibu Nita untuk bertanya. Kebetulan Ibu Nita baru selesai menjelaskan materi baru, maka Ibu Nita dengan senang hati menjawab pertanyaan dari anak-anak. Meskipun harus melebihkan waktu hingga beberapa menit untuk memberikan penjelasan, Ibu Nita tetap menjelaskan dengan jelas. Anak-anak pun merasa penjelasan Ibu Nita lebih mudah dipahami dan tidak membuat sakit kepala.
Ubay juga sempat menanyakan kesediaan Ibu Nita, apakah Ibu Nita bersedia untuk menerima kedatangan anak-anak jika mereka menghampiri Ibu Nita di ruangannya ketika hendak bertanya mengenai materi yang lebih detail. Beruntung, Ibu Nita tidak mempermasalahkan hal tersebut asalkan tidak mengganggu jam istirahat serta jam mengajarnya. Karena itu, The USIL juga sempat menghampiri ruangan Ibu Nita untuk belajar lebih banyak mengenai biokimia.