KULMINASI

Tri Wahyuningsih
Chapter #2

2. Pencarian

Minggu, 11 Maret 2013

Suara benda keras yang terbanting ke atas lantai membuatku terlonjak seketika. Mataku mengerjap kemudian menutup kembali terkena silau cahaya matahari. Kuangkat sebelah tanganku ke depan wajah. Membuka kelopak mataku perlahan. Ada sebuah kantong berisi tabung berwarna hitam seperti filter udara di hadapanku. Lalu sepasang sepatu kets putih converse yang membungkus kaki jenjang seseorang tepat berada di sebelahnya. Aku buru-buru mendongak. Mendapati seraut wajah yang tengah memandangiku dengan sorot mata kesal. Dia berkacak pinggang sambil berusaha mengatur napasnya yang sedikit memburu.

“Ngapain kamu disitu?”

“Hai…” Aku tersenyum lebar. Bangkit berdiri dengan susah payah. Tulang punggungku terasa nyeri. Dan kakiku agak kebas. Ini pasti efek terlalu lama menekuk tubuh.

“Kita pernah bertemu kira-kira setahun lalu, kamu masih ingat?” Dia mengernyit. Tidak menunjukkan tanda-tanda mengenaliku sama sekali. 

“Dia tidak ada disini!” Katanya tiba-tiba. Kemudian membuang muka sambil memasukkan anak kunci ke pintu kamarnya. “Kami sudah putus sejak enam bulan lalu!”

“Aku tahu, tapi…”

“Kalau kamu sudah tahu, lalu buat apa kamu mencariku?” hardiknya menyela ucapanku. Dia dorong pintu kamarnya hingga terbuka lebar. Lalu menendang tabung filter udara di dekat kakinya ke dalam. “AC mobilku rusak, kuharap kamu tidak memperburuk hariku dengan pertanyaan bodoh tentang lelaki brengsek itu!”

Aku menarik napas berat. Kehabisan cara untuk membuatnya bersedia mendengarkanku. “Setidaknya tolong beritahu aku tempat-tempat yang mungkin dia datangi selain tempatmu?”

“Aku tidak tahu!” semburnya tak peduli. “Pergilah! Dan jangan menggangguku lagi!” Dia banting pintu kamarnya tepat di depan mukaku. Membuat bahuku merosot seketika. Benar dugaan Kris, perempuan itu akan langsung mengamuk begitu mengetahui maksud kedatanganku. Entah kejahatan macam apa yang sudah dilakukan Radit padanya. Kebenciannya sudah mendarah daging.

Ponselku bergetar di balik kantong celana. Tertera nama Titan di atas layar. Sebenarnya aku enggan menjawab. Dia satu-satunya team leader senior di tim kami. Kebetulan sedang bertugas di Tenggarong bersama Dipta. Kudiamkan panggilannya hingga dua kali sebelum akhirnya kutekan tombol jawab dengan malas.

Hallo, Tan.”

“Apa Radit sedang bersamamu?” Dia bertanya tanpa menjawab sapaanku.

“Tidak, aku sedang mencarinya!” Jawabku ketus. Dia hanya pura-pura tidak tahu, aku yakin Kris sudah menghubunginya.

“Jadi dia benar-benar tidak pulang semalaman?” Benar kan dugaanku? Titan memang begitu. Selalu pura-pura tidak tahu untuk mencari tahu lebih jauh.

“Apa kamu sudah menghubungi pacarnya? Mungkin saja dia menginap disana dan lupa kalau partner-nya adalah perempuan yang mudah cemas!” Dia terkekeh di akhir kalimat sindirannya.

“Aku bahkan sudah melihat isi kamarnya, Tan! Dan maaf harus membuatmu kecewa karena Radit ternyata tidak ada!” Aku membalas dengan nada sarkastik.

“Satu lagi, dia sudah bukan pacarnya. Bye!” Kutekan tombol off dan langsung menjejalkannya ke dalam kantong celana.

Lihat selengkapnya