KULMINASI

Tri Wahyuningsih
Chapter #7

7. Detektif Dadakan

Selasa Siang

13 Maret 2013

13.00

Aku pulang ke tempat kost Yuri setelah urusan dengan Dharma selesai. Yuri sempat mengajakku makan siang di restoran Padang dekat rumah Dharma sebelum dia berangkat menuju kantornya. Kami membahas kemungkinan-kemungkinan yang Jery lakukan terhadap Radit hingga dia berhasil menjebaknya. Yuri begitu yakin Jery pantas dijadikan tersangka utama. Sejumlah rencana sudah dia susun untuk membuktikan kebenaranya. Meskipun belum yakin, aku tetap berusaha mengikuti pemikirannya. Menurut Yuri, tidak mungkin Dharma membohongi kami. Semua video yang diperlihatkannya mengindikasikan bahwa dia bersih. Entahlah, semuanya masih tampak buram di benakku.

“Kamu sudah mendapat nomer kontak Bara?” Yuri mengingatkanku begitu Jeep-nya tiba di depan gerbang kost.

“Belum, aku akan menelepon Kris nanti!”

“Oke.” Dia mengangguk, tetapi masih menahan sebelah tanganku.

“Kemungkinan aku pulang malam, Sel. Kamu bisa makan duluan, nggak perlu menungguku.”

“Oke.”

“Jangan lupa mengunci pintu, dan jangan coba-coba memasukkan lelaki lain selama aku pergi!” guraunya sambil menyeringai. Aku langsung menoyor kepalanya. Membuatnya tergelak dan tawanya pecah seketika.

Sepanjang LDR – Long Distance Relationship, yang kami jalani kurang lebih delapan bulan, jarang sekali kami bertengkar. Meskipun usianya lebih muda, tetapi sikapnya jauh lebih dewasa. Dia cukup sabar menghadapi mood-ku yang sering kali jungkir balik seperti roller coaster. Selera humornya pun luar biasa, mampu menjadi penyeimbangku yang kadang terlalu serius dalam menyikapi hal apapun. Kupikir, Yuri memang kepingan puzzle yang sengaja diciptakan untuk melengkapiku seandainya saja dia meyakini Tuhan yang sama denganku. Aku membuang napas berat. Menyingkirkan jauh-jauh kenyataan yang bisa mengganggu pikiran. Ibuku bahkan bisa menggantungku bila mengetahui aku masih berhubungan dengannya.

Mengikuti pesan konyol Yuri, aku langsung mengunci pintu begitu masuk ke dalam kamar. Membawa laptopku ke balkon dan memasangkan flash disk Radit untuk memastikan data yang tersimpan didalamnya. Ada tiga folder yang dinamai dengan nama masing-masing cabang yang sudah dan sedang kami periksa selama tahun 2013. Kubuka folder berjudul KC BPP dan mengklik folder-folder lain di dalamnya. Isinya lengkap, sesuai dengan data yang tersimpan di laptop Radit. Bila benar Jery sudah melihatnya sebelum hari ini, maka sangat mungkin dia berambisi untuk segera menghabisi kami. Aku bergidik ngeri membayangkannya.

Kuraih ponselku. Mencari nama Kris dan menekan tombol panggil. Aku harus menyampaikan semua ini padanya. Secepatnya dia harus mengetahui bahwa kecurigaanku atas kematian Radit cukup berdasar dan aku sudah memiliki beberapa bukti otentiknya. Kris menjawab pada panggilan pertama seolah dia memang sedang menunggu teleponku.

“Kris, apa aku mengganggu?” Dia menjawab tidak, tetapi meminta jeda waktu sebentar untuk mencari tempat yang lebih nyaman.

“Kamu dimana, Seli?”

Aku tidak menjawab. Aku tidak ingin dia tiba-tiba datang ke tempatku dan memintaku untuk tinggal di penginapan yang sama dengannya. “Dengarkan aku, Kris. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan. Tadi aku menemui dokter yang mengautopsi Radit dan ternyata dugaanku benar,”

Lihat selengkapnya