KULMINASI

Tri Wahyuningsih
Chapter #8

8. Hiro

Selasa malam

13 Maret 2013

18.30

Ketukan diikuti suara panggilan Yuri terdengar ketika aku baru saja selesai mandi. Kusambar kaos longgar dan celana pendek sembarangan dari dalam koper. Mengenakannya dengan terburu-buru sebelum membuka pintu. Yuri sedang sibuk mengetik di ponselnya sambil bersandar pada dinding lorong. Dia mendongak dan tersenyum padaku sebelum melangkah masuk.

“Kamu sudah makan?” tanyaku sambil kembali menutup pintu. Dia menggeleng.

“Kebetulan, ada chicken mei fun kesukaanmu. Tadi aku mampir ke restoran chinese food.”

Thanks, Sel!” Yuri membuka pintu kulkas. Mengambil botol minum dan meneguk setengah isinya.

“Oke, aku siapkan sekarang!”

“Sel,” Panggilannya menyurutkanku untuk beranjak. Dia menghampiriku dengan raut wajah muram. “Jery tidak ada di Balikpapan pada malam itu.”

Aku terkesiap. “Bagaimana mungkin? Kamu tahu darimana?”

Facebook-nya.” Jawaban itu membuatku terperangah. Rupanya dia sudah mengecek akun media sosial milik Jery dan memastikan kebenarannya melalui bantuan salah satu teman IT-nya, entah bagaimana caranya dia tidak menjelaskan. Yuri hanya memberitahuku bahwa Jery berangkat ke Bali pada sabtu siang dan baru kembali pada minggu malam, jadi kemungkinan besar bukan Jery yang melakukannya.

“Tapi bisa saja dia melibatkan orang lain kan?” Aku mencoba berargumen.

“Ya, itu artinya kita harus memastikan siapa saja yang ditemui Radit sebelum dia menghilang. Kamu ingat yang tadi dikatakan Dharma? Skandal kredit fiktif yang dilakukan Jery sangat sistematis dan melibatkan banyak pihak?”

Aku mengangguk. Bahuku merosot seketika. Itu bukan perkara mudah. Tidak ada informasi apapun yang bisa digunakan. Pemeriksaan ke dealer maupun ke pihak eksternal yang menangani kredit macet cabang Balikpapan membutuhkan analisa dan teknik audit yang rumit. Tidak mungkin kulakukan tanpa seijin pihak perusahaan. Aku juga tidak tahu berapa banyak orang yang terlibat dalam permainan kotor Jery.

“Dan kita harus tetap mempertimbangkan kemungkinan pelaku lain dengan motif yang belum kita ketahui, bisa saja dendam pribadi,” Komentar Yuri membuatku mendongak.

“Itu lebih sulit lagi.” Aku menggigiti bibir bawahku yang terasa kering. Menelusuri berapa banyak kenalan Radit di kota ini sama saja dengan mencari kutu di rambut monyet. Sementara Kris terlalu pelit berbagi informasi. Dan Niar begitu tidak peduli. Aku menghela napas, mulai putus asa.

“Bagaimana cara kita memulainya, Yuri?” 

Dia meringis sambil mengusap rambut gondrongnya. “Entahlah, Sel. I don’t have an idea!,”

“Aku juga.”

Yuri terkekeh. Meletakkan sebelah tangannya di bahuku. “Gimana kalau kita pikirkan sambil makan saja? Cacing perutku mulai demo setelah mendengar chicken mei fun!”

Aku langsung tergelak. Yuri benar, aku hampir lupa menyiapkan makan malam yang tadi kujanjikan. “Sorry, sorry, aku hampir lupa,” Kataku tak enak hati. Kugandeng sebelah lengannya sambil meringis.

“Ayo kita makan, jangan sampai cacing-cacing perutmu melakukan kudeta!” Dia tertawa kemudian mencubit pucuk hidungku gemas.

Sebenarnya chicken mei fun yang kusiapkan sudah dingin, tetapi Yuri tetap menyantapnya dengan lahap. Dia duduk bersila di atas karpet. Sementara aku sibuk memindahkan foto-foto hasil penguntitanku ke laptop. Dia hanya memperhatikan tanpa bertanya sekali pun.

“Tadi aku ke E-walk dan kebetulan melihat Jery disana.”

Dia manggut-manggut. Mulutnya masih penuh makanan yang sedang dikunyahnya pelan-pelan. “Dia pulang bersama perempuan yang dicurigai Dharma.”

Kuputar layar laptopku ke arahnya. Menunjuk perempuan berambut panjang yang sedang berjalan menghampiri Jery di parkiran.

“Ernita?” Yuri menyipitkan mata sambil mencondongkan tubuhnya ke layar laptop. Seakan tidak yakin dengan penglihatannya sendiri.

“Kamu kenal dia?”

Pertanyaanku membuat Yuri tersedak. “Semua orang di Balikpapan mengenal dia, Sel!”

Oya? Apa dia setenar selebritis?”

Yuri mengangguk sambil mengelap sudut bibirnya. “Dia memang artis, lebih tepatnya mantan artis yang sekarang jadi istri pejabat di kota ini.”

Wow, hebat juga ya si Jery?!” celetukku spontan. “Bisa jadi selingkuhan Ibu pejabat, padahal dia nggak lebih ganteng dari kamu loh!” Gurauku sambil tertawa.

Lihat selengkapnya