KULMINASI

Tri Wahyuningsih
Chapter #17

17. Sisi Gelap

Senin Petang

19 Maret 2013

Pukul 15:20

 

Aku masih meringkuk di sudut ruang pemeriksaan. Menggigil ngeri membayangkan kejadian yang baru saja terjadi. Kris nekat melompat dari balkon flatnya, tubuhnya menghantam aspal hingga remuk di sana sini. Titan dan Dipta yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa terpaku di tempatnya. Mereka datang sewaktu Kris hampir saja menyakitiku.

“Seli,” Dipta menghampiri setelah selesai menandatangani berita acara pemeriksaan. Dia menyodorkan teh manis hangat yang entah didapatnya darimana. Aku menerimanya dengan tangan gemetar dan menghirupnya sedikit untuk membasahi kerongkonganku.

“Ini semua salahku, Dip. Ini semua salahku,” Aku kembali meracau sambil memilin jari jemariku. “Aku yang menyebabkan mereka mati!”

“Ssstttt,” Dipta meraihku ke dalam pelukannya.

“Jangan bicara seperti itu, Seli. Ini sama sekali bukan salahmu.” Dia mengusap-usap rambutku, berusaha menenangkan. Aku kembali sesenggukan di bahunya. Beberapa anggota kepolisian yang melihat adegan kami tampak prihatin menatapku.

“Kris yang memilih kematiannya sendiri, sementara Radit mungkin hanya korban dari akumulasi ego kompetitif Kris selama bertahun-tahun!”

Aku meresapi semua ucapan Dipta dengan seksama. Berharap energi positif dari kata-katanya akan mengalir ke dalam pikiranku dan mengobati trauma yang kini bercokol di dalam memori otakku.

“Pacarmu sudah menunggu di luar, aku takut lama-lama memelukmu begini,” Dipta melepaskan pelukannya sambil menyeringai.

“Takut nanti jadi jatuh cinta, kasihan pacarmu yang sudah jauh-jauh datang dari Balikpapan kan?” Mau tidak mau aku tersenyum mendengar Dipta yang mencoba melucu.

Dia benar, Yuri sudah menungguku di depan ruang pemeriksaan. Dia bersama dua orang temannya, kontributor yang bertugas meliput berita di Jakarta. Dia langsung berdiri menyambutku begitu melihatku keluar. Mimik wajahnya tampak cemas. Mungkin penampilanku cukup berantakan setelah melalui serangkaian kejadian tidak menyenangkan sepanjang hari ini. 

“Sepertinya kita butuh asupan kafein untuk menghilangkan jetlag-ku dan syok-mu, Sel!” Katanya sambil mendekap bahuku.

Aku hanya mengangguk seperti orang linglung. Saat ini yang kubutuhkan hanya sesegera mungkin pergi dari tempat ini. Kemanapun tujuan Yuri membawaku, aku tidak lagi peduli.

Taksi yang kami tumpangi berhenti di depan sebuah kedai kopi daerah Menteng. Aroma kopi langsung menyerbu penciumanku begitu memasuki ruang kafé. Kafe yang diberi nama Popi’s Deli & Coffee oleh pemiliknya ini menyediakan beraneka macam kopi impor kelas menengah. Rasa kopinya standar saja, tempatnya pun tidak besar. Sederhana, namun desain interiornya terkesan unik. Rasanya seperti tengah menikmati kopi di rumah sendiri. Aku dan Yuri memilih tempat duduk di sudut ruangan yang menghadap keluar. Yuri memesan Black Coffee, sementara aku Café Latte. Kami sama-sama berdiam hingga minuman kami diantarkan. Sibuk berkelana dengan pikiran masing-masing.    

“Jery tidak pernah tahu rencana Kris melenyapkan Radit.” Yuri berkata hati-hati.

“Ya, Kris juga bilang begitu,” Kugigiti bibirku sendiri demi menahan diri untuk tidak kembali terisak.

Jery benar, persahabatan Kris dan Radit memang penuh drama yang tidak berkesudahan. Radit itu selalu dianggap rival oleh Kris. Dia sudah menyimpan dendam diam-diam sejak cintanya pada Lizia tidak berbalas, karena adik kandung Bara itu justru memilih Radit. Hal sama berulang ketika Kris jatuh hati pada Niar, dan akhirnya terakumulasi begitu melihat kedekatanku dengan Radit belakangan.

Kris yang membocorkan informasi mengenai rencana pemeriksaan khusus kami terhadap Jery atas dugaan skandal kredit fiktifnya. Dia mengajak Jery bekerja sama untuk menjatuhkan Radit. Dia meminta Jery yang memang gemar pesta shabu untuk menyediakan barang haram tersebut demi menjebak Radit. Setelah Radit kehilangan kesadarannya, dia mencuri semua data hasil pemeriksaannya dan mengirimkannya pada Jery. Kecerobohan menghilangkan data itu yang rencananya akan digunakan oleh Kris untuk mengancam Radit agar menjauhiku bila tidak ingin rahasianya terbongkar. Tentu saja keuntungan bagi Jery karena dia otomatis akan terbebas begitu saja dari semua kejahatan terencananya. Tetapi semua rencana itu berantakan setelah Radit meregang nyawa di hadapannya.

Lihat selengkapnya