KUMCERPATI

Johanes Prasetyo Harjanto
Chapter #1

Posesif

Trrrr.

Terdengar nada panggilan masuk di ponselnya. Tanpa melihat, ia buru-buru untuk mengangkatnya.

"ANDREEEEEE!!!"

Andre menjauhkan ponselnya dari telinganya. Kemudian, ia menempelkan lagi ponselnya di telinga.

"Halo, Cath, hehe."

"HAHA, HEHE, HAHA, HEHE, KAMU KEMANA AJA, HAH??! DARI TADI AKU TELEPON GA KAMU ANGKAT, ABIS NGAPAIN KAMU?!"

"Hehe, maaf, Cath. Tadi aku lagi ..."

"LAGI APA?! SEPULUH KALI AKU TELEPON KAMU, BARU DIJAWAB SEKARANG! LAGI, APA, HAH?!"

"Iya, sabar, Cath, aku jelasin dulu. Tadi aku lagi masak, terus aku jemur cucian dulu. Karena hapenya aku tinggal, jadi, ga denger, deh, tadi ada telpon masuk."

Cath mendecak pelan. Andre mengubah panggilan tadi menjadi video call.

"Nih, lihat, aku abis nyoba masak ini, tadi. Lumayan enak, kok, pas aku nyoba. Kamu mau nyoba juga?"

Cath memperhatikan dengan seksama masakan yang sedang ditunjukkan oleh Andre. Sekilas, ia tampak kebingungan dengan apa yang dilihatnya.

"Masak apaan itu?"

"Ayam budeg."

"Hah? Ayam budeg apaan?"

"Iya, khas lokal namanya ayam budeg. Kalo di luar, terkenalnya dengan nama chicken teriyaki."

"HALAH!"

"Hehehe, bercanda, beb. Mau nyoba, ga, nih? Aku masak agak banyak, sih, kalo makan sendiri kayaknya ga bakalan habis, sih."

"Hmm, bentar," Cath menjauhkan ponselnya, dan tampak sedang berbicara dengan seorang lain. Karena terlalu jauh, Andre tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Bentar, ya, tadi ada yang nawarin aku tiket seminar," lanjut Cath. "Boleh, deh, nyoba. Nanti malam aku ke sana, ya."

"Eh, Cath ..."

Cath menaikkan kedua alisnya, menunggu Andre melanjutkan omongannya.

"Kalo malam aku ga bisa Cath ... Aku mau futsal sama temen-temenku, ya?"

Tidak ada jawaban dari Cath. Ia hanya memandangi Andre yang sedang menunggu dengan tatapan sedikit cemas.

"Kamu lebih milih futsal? Malam ini? Bahkan aku barusan batalin janji sama temen-temenku, dan kamu malah pergi main futsal?"

"Cath ..."

"Futsal? Atau aku?" Cath menunjuk dirinya.

Andre menghela nafas. Ia melihat ke arah makanannya tadi, lalu kembali menatap ke layar ponselnya. "Ya, udah. Nanti kalo mau ke sini, kabari, ya. Nanti aku panasin lagi biar rasanya tetap enak."

"Oke, Andree," jawab Cath sambil tersenyum. "Eh, udah dulu, ya. Aku bentar lagi harus balik kelas. Kamu libur, kan, ya, hari ini?"

"Iya Cath. Gih, buruan ke kelas. Nanti dimarahin dosennya, loh, kalo telat."

"Gitu aja?"

Andre celingukan kebingungan. Ia merasa memang tidak ada lagi yang perlu untuk dibicarakan. Toh, Cath juga harus segera masuk kelas, jadi ia tidak ingin menghambat Cath.

"Gitu aja?" Tanya Cath lagi, memecah lamunan Andre.

"Hmm ..." Andre berpikir sejenak. "I Love You, Cath."

"Hehehe. Love you too, Ndre. Oke, aku duluan, ya. Dadahh!"

Panggilan tersebut ditutup oleh Cath. Bersamaan dengan itu, Andre menghela nafasnya sambil mengabari teman-temannya kalau ia tidak jadi ikut bermain futsal malam itu. Kemudian mulai muncul banyak notifikasi dari teman-teman Andre.

Ada yang menyayangkan, ada yang marah-marah dan malah ada merencanakan untuk menculik Andre agar ikut main futsal dan berkumpul bersama mereka lagi. Andre hanya tertawa dan menjelaskan kalau ia akan bergabung kembali secepatnya.

Belakangan ini, Andre memang sudah jarang berkumpul bersama teman-temannya. Sering kali ketika diajak main futsal, sunmori (Sunday Morning Ride) atau bahkan sekadar nongkrong saja, Andre sangat jarang ikut. Kehadiran Andre dalam kelompok teman-temannya bisa dihitung dengan jari dalam satu bulan.

Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah Cath, pacarnya saat ini. Cath sudah mengatakan ke Andre untuk mengurangi kumpul-kumpul, apalagi kalau tujuannya ga jelas. Mengingat mereka sudah hampir memasuki tingkat akhir di perkuliahannya, dan sedang bersiap untuk merencanakan tugas akhir.

Sebetulnya bukan itu aja, sih, penyebabnya. Beberapa bulan lalu, ada seorang adik tingkat cewek yang kebetulan satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dengan Andre dan mereka menjadi sangat dekat. Sebut saja namanya Hana. Kelebihan Hana ini adalah, selain salah satu mahasiswi yang pintar, ia juga merupakan primadona kampus.

Selain di UKM, Hana dengan Andre ternyata berada di fakultas dan jurusan yang sama, yaitu desain. Andre juga baru tau kalau mereka satu jurusan ketika sedang mengobrol dengan Hana. Ditambah, Hana ini ternyata sepupu dari teman perkumpulannya Andre. Alhasil, mereka malah semakin dekat karena banyaknya hubungan di antara mereka.

Kabar mereka berdua yang sedang dekat, tidak butuh waktu lama untuk sampai ke telinga Cath. Segera ia menjauhkan Andre dari Hana, bagaimanapun caranya. Segala cara dilakukan oleh Cath agar Andre ataupun Hana tidak bertemu satu sama lain.

Butuh waktu lama memang, sampai akhirnya Andre dan Hana sudah jarang bertemu, bahkan tidak saling mengobrol seperti dulu, walaupun mereka berada dalam kegiatan yang sama.

Kalau dibilang, Cath sebetulnya juga bisa dimasukkan dalam primadona kampus. Meski Cath berada di fakultas yang berbeda dengan Andre, namun Cath menjadi juara favorit Miss Campus tahun lalu.

Jadi, Andre ini sepertinya memang sosok lelaki yang beruntung. Dikelilingi cewek-cewek yang cantik dan pintar, walau banyak yang bilang muka Andre itu biasa aja. Saat ditanya apa rahasianya, Andre selalu menjawab dengan jawaban yang sama.

"Pelet gue emang ampuh, bro. Kelas wahid punya!"

Yah, tentu saja itu cuma bercandaan dari Andre. Ia tidak tau juga apa rahasianya bisa seperti itu. Yang ia tau, ia memang sempat dekat dengan Hana, tapi ia menganggap Hana sebagai adik tingkatnya saja. Tidak lebih dan tidak kurang.

Andre tau, ia sudah memiliki Cath. Maka, sebesar apapun gosip antara Andre dan Hana beredar, Andre selalu meyakini bahwa hanya Cath yang satu-satunya wanita di hatinya. Dan semenjak peristiwa itu, ia selalu menuruti perkataan Cath, meski ia terkadang harus mengorbankan kesenangannya. Tidak mengapa, asal itu membuat Cath senang dan tidak khawatir lagi ke Andre.

Banyak yang menyayangkan perubahan sikap Cath ke Andre tersebut. Terlebih teman-temannya Andre. Meski sudah berkali-kali diberi tau, Andre tetap bersikeras bahwa itu tidak apa-apa. Andre yakin kalau itu juga demi kebaikan bersama antara mereka.

Hampir semuanya mempertanyakan tentang alasan Andre. Tetapi, Andre selalu saja memiliki berbagai jawaban yang tidak masuk akal menurut mereka.

"Lagian, lu kenapa, sih, Ndre? Lu sadar ga, sih, udah kayak dikekang? Emang, apalagi yang harus lu pertahanin?"

"Ya, ini kan juga demi gue sama dia. Biar bahagia."

"Yang ada itu bukan bahagia. Tapi bahagila!"

Andre tertawa kering mendengar omongan teman-temannya. Memang Andre sering mendapat pertanyaan seperti itu. Tetapi, ia selalu saja menampik semuanya. Andre selalu meyakini, apa yang akan dilakukannya saat ini, akan membuahkan hasil di kemudian hari.

Kembali ke saat ini, ketika sore hari sudah tiba. Andre segera mengangkat teleponnya begitu ada panggilan masuk dari Cath.

"Aku udah di depan," ujar Cath langsung.

"Oke, bentar, aku bukain, ya."

Andre bergegas membukakan pintu rumahnya. Ia agak terkejut, karena tiba-tiba Cath yang langsung datang. Karena sedang libur kuliah, Andre hanya bermalas-malasan saja di kamarnya selesai ia masak tadi.

"Gimana kuliahnya tadi?" Tanya Andre sambil memanaskan masakannya.

"Yah, gitu, deh. Mana tiba-tiba ada kuis dadakan lagi. Huft, untung aja aku lulus. Kalo engga, bisa-bisa aku ditahan lebih lama lagi di kelas tadi."

"Hehehe, memang terbaik Cath ini."

"Eh, iya, kamu jadinya nanti malam ada acara?" Tanya Cath begitu makanannya sudah tersedia di meja.

Andre tampak berpikir sejenak. "Ga ada, sih. Paling main game aja, deh. Kenapa emang?"

"Ooo, gapapa, sih. Tapi, setelah kupikir-pikir, kamu mending futsal aja, deh. Dari pada nanti kamu main game yang aneh-aneh."

"Eh? Beneran gapapa?" Andre terkejut dengan jawaban Cath tadi. Cath mengangguk yakin.

"ASYIIIK!! AKU KABARI TEMEN-TEMENKU DULU, YA!!" Andre melonjak kegirangan sambil mengabari teman-temannya.

"Tapi, aku boleh ikut, ga?" Tanya Cath.

Andre menengok ke arah Cath. Dengan cepat, ia menganggukkan kepalanya beberapa kali. "BOLEH BANGET!"

Cath hanya tersenyum melihat Andre yang kegirangan seperti itu. Kemudian, karena sudah cukup lapar, Cath mulai menyantap masakan yang sudah dibuat Andre itu. Sedangkan Andre, masih saja kegirangan kayak anak kecil yang habis diajak ke taman bermain.

"Ya udah, sekarang makan dulu. Biar nanti main futsalnya kuat," ajak Cath.

"SIAP, BEB! LAKSANAKAN!"

Mereka berdua menikmati makanan hasil buatan Andre dengan lahap. Walaupun ini percobaan pertama Andre dalam memasak ayam budeg alias chicken teriyaki, namun rasanya boleh diacungi jempol. Tidak kalah dengan chicken teriyaki dari restoran bintang empat.

Lihat selengkapnya