4. demi malam takkala kegelapan telah menyelimutinya
7. demi jiwa yang menyempurnakannya
8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
9. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
(ASY SYAMS)
Masih saja terasa berat kurasakan kala terbangun dipenghujung malam untuk mengerjakan tahajud. Walau telah lama ku coba membiasakan diri namun tubuhku tetap belum mampu beradaptasi. Akibatnya kepalaku mudah pusing bahkan terkadang pitam. Tekanan darahku juga gampang ngedrop dengan perubahan pola istirahatku.
Dan yang menjadi persoalan adalah kala aku telah selesai mengerjakan tahajud. Mataku tak mau terpejam untuk kembali melanjutkan istirahat. Aku malah terbaring dengan kesadaran yang melayang entah kemana. Segala pikiran bergantian keluar masuk kepalaku. Segala apa yang terjadi yang terkadang masih mengganjal kembali bermain dihati. Terkadang aku mengisi ketidakbisaanku melanjutkan tidur dengan membaca. Terkadang dengan mencoret-coretkan pinsil diatas kertas, apakah itu berupa tulisan maupun lukisan. Tapi diantara semua kegiatan itu aku lebih suka duduk sendirian diluar kamarku sambil memandang langit malam bersama iringan lembut musik yang mengalun menemani.
Seperti saat ini.
Langit terlihat sangat indah. Malam yang gelap seakan bercahaya dengan sinar purnama yang lembut menyentuh wajahku.
Sejak kejadian sore itu saat aku memberanikan diri untuk datang ke rumahnya, aku dan dia kini semakin sering bertukar pikiran. Dia semakin sering mengajariku, membimbingku dalam ketidaktahuan ku. Tak ada kesombongan yang kurasakan kala dia mengajariku. Yang kurasakan darinya hanyalah kasih sayang.
Sejenak ingatanku kembali pada saat dia mendalilkan malam dalam kehidupanku.
“Bahwa sinar rembulan akan terlihat semakin indah karena adanya kegelapan.”
Aku memandangnya tak mengerti. Dia selalu mengawali nasehat dengan sebuah kalimat kiasan yang bisa membuatku terkagum-kagum.
“Rembulan tak akan berarti bila muncul disiang hari. Kelembutan cahayanya tak akan terasa karena kalah oleh terangnya cahaya mentari. Sinar rembulan akan sangat berarti digelapnya langit malam. Rembulan akan menemani kegelapan dengan cahayanya. Memberikan cahayanya untuk menerangi langit yang gelap.”
Dia diam sejenak sambil menatap wajahku yang serius mendengarkannya.
“Begitu juga dengan wanita. Kehadirannya tak akan memberikan manfaat bila hanya memiliki niat untuk menyaingi lelaki bagai rembulan yang ingin menyaingi sinar mentari disiang hari. Tapi keindahan seorang wanita akan sangat terasa kala dia bisa mendampingi seorang lelaki dengan kelembutannya bagai sinar lembut rembulan yang selalu menemani malam. Rembulan tak pernah melupakan takdirnya untuk memberikan cahayanya demi menemani kegelapan. Seperti itulah kewajiban seorang wanita untuk pasangannya.”