Ulil tersenyum puas karena selesai menyiapkan ranjau di jalan setapak belakang rumahnya. Dia yakin nanti sore Udin akan lewat di sana. Lalu, bless! Kakinya terjeblos ranjau darat. Hahaha!
“Kenapa tertawa sendiri? Bajumu kok kotor sekali?” Ibu tiba-tiba muncul di depan Ulil.
“Oh, eh, oh! Ngg, tadi habis main bola, Bu!” dusta Ulil. Ibu sedang buru-buru ke warung, menyuruh Ulil lekas mandi. Mereka akan ke rumah paman satu jam lagi.
Sebenarnya Ulil dan Udin teman dekat. Apalagi huruf depan nama mereka sama-sama “U”. Tapi tadi pagi, Ulil tiba-tiba sangat kesal kepada Udin. Saat main sepak bola di lapangan sekolah, Udin menendang bola keras sekali. Plak! Tak sengaja bola mengenai muka Ulil. O, sakit rasanya!
Ulil ingin membalas rasa kesalnya. Sepulang sekolah, dia sengaja ke rumah Atok Suro. Dia memelihara lima ekor sapi. Diam-diam Ulil mengambil beberapa tumpuk tahinya dan memasukkannya ke kantong plastik. Wah, baunya harum menyengat!
Ulil kemudian menggali lobang di jalan setapak belakang rumahnya. Setelah lobang jadi, dia memasukkan tahi sapi, lalu menutupinya dengan daun nangka.