Malam ini teras rumah Lia cukup ramai, beberapa temannya datang membawa banyak cemilan. Seperti kentang goreng, kopi kaleng yang beli di supermarket, juga tidak ketinggalan berita gosip yang siap untuk jadi obrolan mereka.
Singkat cerita mereka kedatangan tamu seorang lelaki. Dia tampan, tinggi, dan rapi dengan warna kemeja yang kalem. Senyum manis dengan lesung pipit saat ia mengucap salam membuat mulut Lia dan teman-temannya terdiam.
Lia menelan ludah, lelaki yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu, dan hanya bertukar kabar lewat email saja, kini berdiri di depan rumahnya.
Dia Bagas, teman masa kecil yang saat menginjak bangku SMA mereka harus berpisah karena Bagas harus pindah ke luar negeri.
Bagas melambaikan tangan. "Hai, Lia, apa kabar?"
Lia menelan ludah, dia menatap lamat teman lamanya dari atas ke bawah. Bagas makin tinggi, dan banyak sekali perubahan. Seorang teman menyiku lengan Lia, hingga membuat gadis itu tersadar.
"Ah, Bagas!" seru Lia, dia menghampiri Bagas. "Kapan pulang?" Lia mencubit perut Bagas. Hal yang sering dilakukannya dulu.
"Aw!" pekik Bagas kesakitan. "Sudah seminggu," jawab Bagas sembari memegangi perut. Jelas sekali di wajahnya jika dia tengah menahan sakit karena cubitan Lia.
Sekarang gantian tangan Lia menabok punggung Bagas. "Udah seminggu tapi nggak kasih kabar?!"
"Lia, sakit!" seru Bagas. Meski begitu, dia tetap bisa tersenyum di sela rasa pedas pada punggungnya.
"Oh, jadi ini Bagas yang sering di ceritain itu ya!" celetuk temannya.
"Wah, ketemu cinta lama." Yang lain menambahkan. Mereka lantas tertawa melihat wajah Lia memerah.