Mulai hari ini aku harus bisa melupakan kekasihku Alexander. Tangisku pun tumpah membanjir di pipiku. Walau aku sangat mencintainya, tapi ini yang terbaik bagi kami, bagi keluarga dan bagi akidahku. Karena aku dan Alex berbeda keyakinan. Ibu, bapak, keluarga bahkan teman tidak merestui hubungan kami. Sungguh berat memang melepaskannya. Tapi aku harus ikhlas hanya menjalin persahabatan dengannya seperti dulu lagi.
Alexander, aku mengenalnya sejak kecil. Di sekolah dia sangat berprestasi, matanya sipit, terdapat lesung pipi, rambutnya lurus dan di model bagaikan tokoh utama film " Meteor Garden" dan yang pasti Alex sangat baik hati dan tak pernah sombong. Sangat berbeda dari teman-teman lain yang sangat memilih teman, dan mengucilkan aku yang hanya anak orang biasa saja. Mereka sering memperolokku,
" Kiki anak bau kecap." dan mereka menjauh tak ingin main denganku.
Persahabatan aku dan Alex pun mulai terjalin. Dia sering membantuku, kami belajar, ke sekolah bersama, bermain, nongkrong bersama hampir ke mana-ke mana bersama. Alex sering dikucilkan karena perbedaan SARA, sedangkan aku sering dikucilkan karena aku orang miskin. Teman aku ada beberapa, tetapi aku hanya menjalin persahabatan dengan Alexander.
Sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Pertama aku dan Alex selalu bersama-sama. Rumah kami berdekatan, dan bapakku pun sangat mengenal baik papa Alex. Hasil produksi kecap bapak ditampung dan dijualkan oleh papa Alex ke kota. "Toko Koko Achun." Begitu orang kampungku mengenal toko papa Alex.
Saat Sekolah Menengah Atas, Alex pindah ke kota, kami selalu mengirimkan surat, jika kami di bulying dan dapat masalah di sekolah kami masing-masing, tak ada yang kami lakukan selain membuat surat, bercerita dan saling menghibur. Kini kami telah sama-sama dewasa, sudah ada beberapa teman dan sahabat yang kami miliki.
Kalau libur tiba, Alex sering pulang kampung, membawakanku oleh-oleh atau buku majalah dan novel kesukaanku. Aku dan Alex sama-sama telah memiliki kenyamanan dan kami pun memutuskan untuk menjalani hubungan pacaran. Dari awal menjalin hubungan dengannya kami tidak pernah membahas perbedaan keyakinan kami. Bagi kami ya di jalani dulu saja, yang penting nyaman, cocok, dan saling mengerti. Bertahun-tahun kami lalui bersama, aku kuliah di kota yang sama dengannya, walaupun berbeda universitas. Kami selalu main bersama seperti saat kami kecil. Hubungan pacaran aku dan Alex sangat sehat sekali dia sangat menjaga kehormatan wanita. Bahkan Alex selalu mengingatkan aku untuk menjalankan Shalat 5 waktu. Perlahan-lahan Alex sering belajar tentang ajaran Islam, membaca buku-buku islami dan cerita islami yang aku miliki. Begitulah bertahun-tahun kami lalui, sudah mulai ada pertimbangan agama.
Sedikit demi sedikit kami mempelajari ilmu dan syarat pernikahan, ternyata di dalam hukum negara belum terdapat undang-undang pernikahan berbeda agama. Pernikahan berbeda agama baru dapat di lakukan di beberapa negara luar saja. Aku dan Alex berunding kira-kira siapa yang akan ikut keyakinan siapa?.
Alex pun mengalah, karena Alex yakin jika aku tidak akan mengikuti kepercayaan yang Alex anut. Kami pun memutuskan untuk merahasiakan ini sampai nanti kami lulus kuliah.
Hanya aku dan Alex yang tahu hubungan spesial antara kami, keluarga, teman-teman kuliah, atau teman nongkrong pun tahunya kami sahabat, dan kami masih sama-sama jomblo. Saking rapi dan kompaknya antara aku dan Alex. Kalau kami ingin waktu pribadi, kami lebih memilih untuk main keluar pulau. Terkadang antar pulau di Riau. Kami tinggal di pulau Karimun, tetapi kami sering mengunjungi pulau Anambas, Lingga dan Natuna. Kepulauan Riau sangat cantik, banyak pantai indah di sini turis dari Malaysia dan Singapura banyak yang sering mampir siapa yang tidak mengenal Batam, makanan khas melayu, pantai, kerajinan tangan mereka sangat suka dengan barang-barang yang kami jual. Kehidupan di sini sangat beragam perbedaan agama, suku, makanan, adat, kebiasaan hidup, gaya hidup lebih bebas dan berdampingan. Di Batam pernikahan antar agama biasa di lakukan mereka hidup berdampingan secara damai sampai punya anak bahkan punya cucu. Beda halnya dengan kampung aku dan Alex, tapi karena kita sudah saling mencintai. Tak ada salahnya kami mencoba memperjuangkan cinta kami.
*****
Tak terasa kami pun telah lulus kuliah, Alex dan aku telah sama-sama bekerja di Batam. Alex bekerja di perusahaan tambang nasional di sini, dan aku bekerja di Bank Swasta yang paling terfavorit. 50 persen keberhasilanku ada andil dari Alex sang kutu buku dari kecil. Kami pun pulang ke kampung, sengaja mengambil cuti tahunan bersama kami. Kami pulang ke rumah orang tua masing-masing, 3 hari kemudian Alex meluangkan waktu untuk berbincang dengan keluargaku.
Kami menceritakan keadaan dan status kami sebenarnya. Yang bukan hanya sahabat dari kecil, tetapi pasangan kekasih yang saling mencintai. Bapakku sangat kaget, bapak dan ibu lembut berbicara kepada kami, membahas tentang perbedaan agama kami. Bahkan Alex pun telah memutuskan siap menjadi seorang mualaf demi menikah denganku. Bapak dan ibu tertegun, dan memberikan syarat,
"Kami merestuimu Nak Alex, asal dengan satu syarat orang tuamu merestui dan mengizinkannya."
Alhamdulillah, Aku dan Alex menarik nafas lega. Alex pun berpamitan dan memohon izin kepada bapak/ibu jika minggu ini akan membawaku kepada mama dan papanya.
Hari ini minggu pagi, Alex menjemputku setelah menunggu papa dan mamanya pulang dari beribadah minggu. Papa dan mamanya menyambutku dengan senang. Ya kami kan telah akrab sejak kecil. Mamanya memberiku kue mochi, kue keranjang dan makanan khas Imlek. Kebetulan ini masih nuansa Imlek.
Alex memulai percakapan dengan orang tuanya tentang maksud kami, Papa Alex mengerti dan agak memberikan izin, tapi tidak dengan mama Alex. Beliau benar-benar menentang keputusan Alex yang ingin menjadi mualaf.