Berobatnya pake apa ya
Sebagai orang yang percaya bahwa hidup diciptakan oleh ALLAH SWT, maka penting sekali kita memahami Asma wa SifatNYA.
a. ALLAH Rohman Rohiim Asy Syakuur
Sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, ALLAH sangat menghargai setiap kebaikan. Karen itu ALLAH mempunyai Asma wa Sifat Asy Syakuur. Sebagaimana yang disabdakan Rosulullah kita berjalan, ALLaH berlari. Kita satu langkah, ALLAH sepuluh langkah. Sabda itu menjadi pendukung Ke-Asy SyakuranNYA. Begitu juga ayat-ayat yang menyatakan balasan kebaikan. Satu kebaikan dibalas sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan tak terhingga.
Jadi..apapun pilihan Teknik dan herbal yang kita pilih, kita harus ingat bahwa ALLAH pasti menghargai. Tidak mungkin ada upaya, usaha, ikhtiar tanpa hasil. Sedikitnya hasil, rendahnya persentase kebaikan yang kita rasakan tidak menjadi pengingkaran.
Jika ALLAH saja begitu Maha Menghargai, kenapa kita jujur mengakui sebuah kebaikan? Jika ALLAH saja begitu Maha Menghargai, kenapa kita mengingkari sebuah kebaikan hanya karena tidak seperti ekspetasi kita? Hanya karena nilainya rendah, tidak sebesar yang kita harapkan? Apakah kesyukuran itu ditentukan oleh tingginya nilai makna? Atau oleh kenyataan bahwa nyata baik walau hanya nol koma satu persen?
Kemampuan bersyukur ini seringkali menjadi jalan keburukan. Tidak bersyukur. Bergibah. Mengatakan banyak hal buruk tentang dokter, obat apalagi yang tidak ternaungi hukum hingga disebut sebagai pengobatan alternative menjadikan sah direndahkan, dibuli, dimaki, dijadikan bulan-bulanan.
Kemampuan bersyukur yang sangat rendah menjadikan sakit semakin butuh waktu lama untuk sembuh. Semua ketidaksembuhan itu merupakan jalan baik yang dibentangkan ALLAH untuk kita menjadi lebih baik dalam bersyukur.
Jadi, apapun pilihan Teknik dan herbal/obat yang kita pilih, percayalah, setidaknya jika tidak mampu percaya, khusnudzonlah tidak mungkin disia-siakan oleh ALLAH.
b. ALLAH Al Barr
ALLAH MAha Baik tentu menyukai kebaikan. Kebaikan dalam konteks keimanan tentu tidak menyalahi syariat. Halal, toyyib. Apa itu halal? Supaya tidak menjadi perdebatan, maka silakan mencari definisi kehalalan masing-masing. Jika medis baik itu Teknik seperti suntikan, infus, obat-obat kimianya dianggap halal, itu sesuai dengan pemahaman keyakinan tentang halal masing-masing.
Nah karena ALLAH Maha Baik Menyukai Yang Baik, sudah sepatutnya kita menelusuri hal-hal baik yang menjadi kebiasaan kita. Mulai memilah yang baik dengan yang buruk. Bagaimana mungkin yang buruk dicampur dengan yang tidak baik? Dalam Quranpun disebutkan untuk tidak mencampur yang haq dan yang batil.
Pencampuran yang haq dengan yang batil, yang baik dengan yang buruk inilah yang menyebabkan kesembuhan itu maju mundur yang tidak cantik.
Missal, kita sakit lambung. Kita mengkonsumsi jamu lambung. Eh kitanya masih suka banget telat makan. Bukan cuman telat sarapan pagi saja, tapi malam. Bukan cuman sehari saja telat makannya, tapi sering, bahkan habitual. Nah, tidak herankan kalo tidak sembuh-sembuh.
Jadi, apapun pilihan Teknik dan obat/herbalnya, jangan mencampur yang buruk dengan yang baik.
c. ALLAH Al Adl
ALLAH Maha Adil. Ono rego ono rupo. Jadi, benar bahwa usaha tidak akan pernah mengecewakan hasil. Hasil merupakan cermin dari usaha.
Sebagaimana sakit merupakan wujud dari KeadilanNYA atas perbuatan-perbuatan kita sendiri, maka hasil pun juga akan setimpal dengan usaha. Penerimaan kita atas penyakit sangat jelas berpengaruh. Jika kita masih dalam mode menyangkal dengan cara apapun bahwa kedaan sakit yang kita alami adalah akibat perbuatan kita sendiri, merupakan balasan adil atas perbuatan kita sendiri, maka hal itu juga acapkali menjadi penghalang kecepatan datangnya kesembuhan.
Boleh jadi kita begitu ingin sembuh, boleh jadi kita rela hati keluarkan uang, tapi kita tidak mau mengatur tidur malam. Diciptakan malam untuk istirahat. Tapi kita terbiasa tidur larut tengah malam.
Kok gak sembuh-sembuh ya.. La gimana level pedes gilanya Cuma dari level 20 ke level Sembilan belas aja.
Merupakan sebuah manusia mengukur segala sesuatunya dengan akal, pikiran, perasaannya sendiri dengan mengabaikan aspek keadilan.
Hidup di atas prinsip adil itu sangat penting. Keadilan yang berusaha kita tegakkan dalam diri kita akan mampu menyokong cara berfikir, cara mengukur yang baik. Hal itu jelas berpengaruh pada carut marutnya pikiran, perasaan kita. Yang tidak adil ya wajar tidak mempunyai tolak ukur yang baik, akhirnya yang ada hanya kebingungan. Kebingungan mendatangkan asam lambung berlebih. Apa yang bisa dilakukan asam lambung berlebih? Tentu saja banyak yang masuk katagori menambah ketidaknyamanan tubuh kita alias tambah sakit.
ALLAH Yang Maha Adil juga Maha Baik, jadi yang terjadi adalah kebaikan. Sakit itu adalah jalan kebaikan yang dibentangkan ALLAH agar kita berhenti melakukan keburukan, kejahatan pada diri sendiri, dan mulai melakukan perbaikan. Sudut pandang yang benar tentang sakit akan sangat membantu kita memiliki ketenangan. Ketenangan adalah sumber dari banyak kebaikan. Termasuk di antara keikhlasan. Ikhlas adalah nama lain dari wujud keyakinan kita pada KeMaha Adilan KeMaha Baikkan dan Asma wa Sifat lainnya.
Jadi Apapun teknik dan herbal/obatnya, keadilan itu menenangkan. Maka kesembuhan itu menjadi mungkin.
d. ALLAH As SAmii Al Bashiir Al ‘Aliim
Mulut kita boleh mengatakan banyak hal baik. Kita boleh mengklaim banyak kebaikan. Kita boleh jadi merasa sudah, nyatanya ALLAH Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui. Jadi gak bisa dikibuli, tidak bisa dibohongi. Di sinilah makna kejujuran sebenarnya. Tidak ada ruang sembunyi kita pada ALLAH. Jika kita masih saja ngeyel, ngotot merasa benar, itulah yang menjauhkan, memperlambat kesembuhan kita.
Jadi, apapun pilihan Teknik berobat dan herbal/obatnya, lakukan dengan jujur.
e. ALLAH Ash Shobuur
ALLAH Maha Sabar. Hidup diciptakan berpasangan. Gandeng renteng. Ketika kita mempunyai kesyukuran, maka kita akan mempunyai kesabaran.apa yang dijanjikan ALLAH? ALLAH Bersama orang-orang sabar.
Nyata bahwa setelah melakukan a, merasa, terasa lebih baik. Ingat, syukur itu bukan dalam konteks tingginya nilai sesuatu, tapi lebih pada kenyataan kandungan kebaikan sesuatu. Karena mengakui merasakan adanya kebaikan, maka pikiran, perasaan menjadi tenang. Ketenangan tersebut melahirkan keistiqomahan, ketelatenan, rutin, disiplin, nama lain dari sabar. Dilakoni gan titik, gan titik. Dilakukan sedikit demi sedikit. Dilakukan rutin, tiap hari.
Seseorang yang sedang sakit acapkali sering mengatakan ndak cespleng, ndak manjur. Udah kluar duit banyak,sia-sia, atau ucapan senada. Ucapan yang didasarkan pada keadilan, tidak mungkin bernada menghujat. Ketiadaan keadilan dalam ucapan kita, maka hal itu juga mencerminkan ketiadaan syukur dan kesabaran. Maka ia melakukan kejahatan pada dirinya sendiri, menjauhkan diirnya dari rahmat ALLAH yang bernama kesembuhan.
Mengingat ALLAH Maha Baik, maka dengan cara apapun, termasuk dengan cara burukpun, sesuatu itu pasti menjadi kebaikan, yang kita sebut dengan hikmah. Setiap hal memiliki hikmah. Hikmah adalah nama lain dari Maha Baik. Maka bisa kita bayangkan lengkap sudah kejahatan kita pada diri kita sendiri dengan ucapan semacam itu. Terlihat sepele, namun luar biasa sekali kandungannya.
Jadi, dalam berobat wal asri. Menjadi sakit itu butuh waktu, sembuh itu butuh waktu. Dimensi manusia adalah proses. Dimensi ALLAH adalah kun fayakun. Seorang makhluk wajib bersabar, mendidik diri sendiri menuju pada jalan kesabaran.
Nah, apapun Teknik dan obat/herbal yang dipilih, wajib mengandung kesabaran.
f. ALLAH Al Quddus
Menerima kenyataan bahwa sakit adalah wujud dari imbas perbuatan diri sendiri bukanlah perkara mudah. Sebagai manusia yang emah, sebuah kemanusiaan ketika tergesa-gesa mengatakan aku ndak lapo-lapo, aku ndak ngelakuin apa-apa kok bisa sakit atau kalimat ekspresi lain bernada sama.
Sebagai makhluk ciptaan, sudah sepatutnya percaya bahwa dirinya hanyalah makhluk ciptaan dengan segala hal yang telah ditetapkan. Termasuk ketetapan sifat lemah. Kelemahan manusia membawa manusia pada banyak kesalahan. Manusia ditakdirkan berbuat salah, yang terbaik, yang paling baik adalah yang memperbaiki. Berbeda dengan makhluk ciptaan tentu saja Sang Pencipta memiliki sifat Maha Suci. Terbebas dari kesalahan sedikitpun. Jadi bagaimaa mungkin ALLAH Yang MAha Suci melakukan kesalahan dalam KeadilanNYA? Apakah hal itu mungkin terjadi? Jelas itu tidak mungkin.
Pemahaman yang melahirkan keyakinan akan meredam nafsu kita. Akan meredam kepanikkan, kekecewaan, frustasi kita.
Jadi, menerima keadaan kita sama dengan kita meyakini KeQuddusanNYA KeMaha SucianNYA. Ini akan mendekatkan dengan rahmat ALLAH bernama kesembuhan.
Nah, apapun pilihan teknis dan herbalnya, wajib dilakukan dengan ikhlas. Menerima penyakitnya dengan ikhlas, menerima prosesnya dengan ikhlas, menerima waktu, uang dan tenaga yang dibutuhkan dengan ikhlas. Keikhlasan mendekatkan kita dengan kesembuhan.
g. ALLAH Al Ghofar Al Ghofuur Al Affuw At Tauwwab