Kuncup Berlian

Ais Aisih
Chapter #18

Bagian 18

Menuju kenaikan kelas, sekolah diliburkan. Semua siswa belajar di rumah untuk menghadapai ujian selama sepekan. Hari ini Sartini mulai menjalankan rencana yang sudah dipikirkan belakangan ini. Sebelum subuh, dia bangun menyiapkan bahan dan peralatan untuk membuat gorengan.

Setelah melaksanakan salat subuh bersama putra-putrinya, Tini mulai meracik semua bahan menjadi adonan. Dia lalu memasukkan adonan per sendok sayur ke dalam minyak panas. Tini menggunakan tungku tua yang pernah dibuat oleh almarhum suaminya. Reino dan Nanda yang bertugas mencari ranting kering di hutan untuk dijadikan kayu bakar.

Anak-anak kembali terlelap setelah melakukan murajaah rutinan. Tini berangkat pukul enam pagi. Mulai menjajakan gorengan di sekitar rumah. Dengan senang hati, warga dusun Kedrayasa berbondong-bondong membeli gorengan Sartini. Hanya dalam waktu satu jam, dagangan Tini tinggal separonya. Janda itu lalu membawa sisa jualannya ke kota.

“Sekarang jualan gorengan, Bu Tini?” sapa seorang warga yang sedang menuntun sepedanya di jalan.

“Eh iya, Bu.” Tini tidak terlalu mengenal nama orang yang menyapanya tadi. Namun, karena sifatnya yang ramah, dia tetap menyapa orang tersebut.

“Semoga laris manis,” teriak ibu tadi sambil menunggangi kendaraan tua miliknya.

“Iya, Bu. Terima kasih.” Tampak senyum tumbuh di bibir Sartini. Walau orang tadi tidak membeli gorengan, paling tidak ada suntikan doa yang membuat janda itu semakin berantusias.

Karena sekolah anak-anak sedang diliburkan, Tini bisa berangkat agak siangan ke rumah majikannya. Lagi pula jauh-jauh hari, wanita itu sudah meminta izin kepada Pak Bram dan istrinya bahwa dia akan telat datang.

Sesampainya di kota, orang-orang yang mengenal baik Tini menyapa. Rata-rata dari mereka mendukung kegiatan Tini sekarang. Hanya beberapa yang terlihat sinis karena takut tersaingi dagangannya. Tini terus menyeruakan “gorengan ... gorengan” sebagai tanda pemanggil para pembeli.

“Loh, kamu sekarang jualan gorengan, Tin?” tanya Bu Mandor langsung menyapa begitu melihat Tini menggendong bakul dan mendengar suaranya.

“Eh iya, Bu Mandor. Sepertinya lama nggak kelihatan?” jawab Tini dengan sebuah pertanyaan.

“Kebetulan saya baru pulang dari Eropa. Ada urusan pekerjaan dua bulan ini,” jawab Bu Mandor ramah. “Kalau begitu saya borong semua gorengan kamu, Tin.”

“Wah, terima kasih banyak loh, Bu.” Tini langsung mengambil seluruh gorengan dan memasukkannya ke kantong keresek.

Lihat selengkapnya