Kuncup Berlian

Ais Aisih
Chapter #30

Bagian 30

Masih sedikit menyisakan pilu dalam hati Tini setelah percobaan pembunuhan di rumah bekas majikannya. Namun, Sartini harus tetap melanjutkan hidup demi anak-anak. Dia tetap berjualan gorengan seperti biasa. Bahkan, kali ini jumlah gorengan ditambah tiga kali lebih banyak.

Selain berjualan keliling, Tini juga menitipkan ke warung-warung, kantin dan rumah makan. Anak-anak juga ditugaskan untuk membawa gorengannya ke sekolah. Mereka titipkan di kantin.

Untuk saat ini mereka hanya bisa mengandalkan hasil jualan gorengan untuk bertahan hidup. Ada sedikit kerinduan di hati Sartini untuk melihat Tiara. Dia tahu anak itu sedang bersekolah. Tapi dengan melewati rumah besar itu akan sedikit mengobati kerinduannya.

Tini melihat seorang wanita muda sedang menyirami tanaman. Pasti itu adalah asisten rumah tangga yang baru untuk menggantikannya. Tugas itu biasa dikerjakan Tini. Kini sudah dialihkan kepada orang lain.

Wanita muda itu menatap Tini dengan rasa heran. Membuat Tini sedikit salah tingkah.

“Maaf Mbak, saya mau menawarkan gorengan.” Tini akhirnya membuka suara sebelum dicurigai dengan hal yang tidak-tidak.

“Enggak, Mbak. Mungkin lain kali,” kata wanita yang mengenakan celana pendek dan rambutnya dikucir ke atas, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Tini menyeka keringat menggunakan ujung kerudung lusuhnya. Tiba-tiba seorang wanita tua yang sudah begitu akrab dengannya terdengar memanggil. Bu Hajah setengah berlari memanggil Sartini.

“Tunggu dulu, Nak. Ibu mau borong.”

“Eh, Bu Hajah.” Tini langsung menyalami idolanya itu.

“Kenapa tadi kamu enggak masuk saja, Nak? Kita kan sudah cukup dekat. Lain kali kalau lewat lagi harus masuk ya.”

“Baik, Bu. Tadi saya hanya sekadar lewat saja.”

“Ayo, kita masuk dulu!”

“Baik, Bu.”

Wanita muda pengganti Sartini kembali menatap heran pada Bu Hajah memperlakukan wanita yang berpenampilan dekil itu dengan sangat baik.

“Sekarang saya di sini terus, Nak. Nemenin Tiara. Kau ajaklah main anak-anakmu kemari.”

“Insyaa Allah, Bu. Maaf, apa wanita yang di depan itu, pengganti saya, Bu?”

“Oh itu, iya benar. Teman Bram yang mencarikannya. Dia masih sangat muda. Tapi pekerja keras sepertimu.”

Lihat selengkapnya