Ketika pertemuan singkat tanpa disengaja, meninggalkan kesan yang begitu sarat makna. Siapa yang tahu? di masa depan malah mengubah segalanya. Kejadian di pinggir jalan, berakhir dengan cinta. Siapa yang menyangka?
******
Matahari mulai naik tepat di atas kepala, lumayan gerah hari ini. Tetapi, burung tetap berkicau ria di udara, seolah menertawakan makhluk berakal yang mengeluh akan pemberian Tuhan.
Saat hari cerah, mereka mengeluh panas. Saat hujan turun mengeluh mengigil kedinginan.
Begitulah manusia dengan segala keluhannya.
Hari ini kerjaanku menumpuk, banyak hal yang harus kuperiksa, membuatku pusing dengan mood yang berantakan.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, waktunya istirahat melepas lelah, mengisi tenaga yang sudah banyak terkuras.
Kututup laptop dan membereskan beberapa dokumen yang sudah ditandatangani sebagian, aku beranjak untuk makan siang.
Aku memberitahukan kepada sekretarisku, Monika, untuk tidak membawaku makan siang hari ini. Aku berencana makan diluar karena ada janji dengan Vero, temanku yang baru kembali dari luar negeri karena urusan bisnis.
Kami janjian bertemu di sebuah restoran dekat kantorku. Mengingat waktu yang sedikit mepet, tidak mungkin aku pergi ke tempat lain untuk janjian makan siang.
Saat tiba di sana, aku mencari meja dimana temanku berada, kulihat vero sudah menunggu di meja pojok dekat jendela. Kami sengaja tidak memesan ruang VIP, sebab kata vero ingin menikmati suasana terbuka kali ini.
Baiklah terserah, kali ini biar dia yang jadi tuannya.
"Hai bro, udah lama nunggunya?" sapaku padanya.
"Lumayan, kalau kita ngajak ketemuan cewekkan emang gitu, kelamaan, kudu dandan dulu," sindir Vero.
"Sembarangan lo kalau ngomong." Bantahku mendelik ke arahnya. Dia malah cecengesan engga jelas.
Kami berbincang tentang banyak hal,terutama tentang perjalanan vero ke LN dalam urusan bisnisnya, kami juga bercanda sambil sesekali tertawa ringan.
Setelah makan siang, aku pamit pada Vero untuk langsung kembali ke kantor.
Mengingat banyak hal yang harus kuselesaikan, membuatku tak betah berlama-lama di luar.
Ya selama ini aku memang dikenal gila kerja, itu semua kulakukan untuk mengusir kesepian.
Tak ada siapapun yang kupunya kecuali temanku, Vero.
Tak ada sanak kerabat atau keluarga, lebih tepatnya aku tidak mau menganggap mereka ada.