Kuingin dia merasa tak lagi berharga, padahal bagiku dia tetap permata.
***** *****
Mataku mengerjab pelan, aku terbangun saat mendengar isak tangis seseorang di sampingku. Padahal, tadi sebelum aku terlelap menuju alam mimpi, dia masih dalam dekapan dengan keadaan yang belum sadarkan diri.
Aku beranjak bangun dan duduk di sampingnya. Hati ini teriris saat kudapati keadaan gadis yang aku cintai, yang beberapa waktu lalu telah kujadikan wanitaku, seutuhnya. Dirinya menangis pilu dengan tangan yang menutupi wajah, aku menatap sendu, namun dia belum juga menyadarinya.
Tak lagi bisa menahan, aku membawanya dalam pelukan, seketika ia terkejut dan menoleh padaku, tatapan itu, aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Aku merasa begitu takut, tetapi tak lama kemudian, rasa senang muncul begitu saja. Mengingat rencanaku telah berhasil.
Ya, aku telah berhasil membuatnya merasa tak lagi berharga, padahal bagiku dia tetap permata.
Tiba-tiba, dirinya tersadar setelah menatapku lumayan lama. Dia memberontak dan pelukanku semakin erat. Luapkan sayang, keluarkan semua amarahmu, aku pantas mendapatkannya.
"Kenapa kakak jahat sekali, apa salahku, kak, kenapa kau tega sekali melakukan hal menjijikan ini padaku, kenapa kau tega menjebakku? sungguh, aku membencimu." Lirihnya pilu, tangan kecilnya terus memukul dadaku.