Dia menatapku dengan tatapan benci, tapi untuknya kadar cinta terus bertambah berkali-kali.
*****
Setelah membaringkan Intan di atas ranjang dan memastikan dia masih terlelap. Aku langsung keluar menuju ruang kerja untuk bertemu Rayan.
Aku harus menjelaskan padanya kejadian tempo hari dan siapa Intan sebenarnya.
Tadi saat aku kembali kerumah dengan membawa Intan, bisa kulihat rawut wajah Rayan yang bingung, mengingat selama ini yang dia tahu aku tidak pernah punya affair dengan wanita.
_________
Pintu ruang kerja kubuka, kulihat Rayan telah duduk disofa sesaat kemudian menoleh ke arahku, dia hendak bangun, namun tanganku memberi tanda untuk tetap duduk ditempatnya.
Dia memang menghormatiku layaknya atasan dan bawahan, biarpun aku selalu mencegah dan menyuruhnya untuk bersikap biasa saja.
Walau bagaimanapun dia sudah lama bersamaku dan menjadi orang yang bisa kupercaya.
Aku sudah menganggapnya seperti keluarga, tapi batasan selalu dia ciptakan layaknya atasan dan bawahan, ah, Rayan memang susah untuk diatur terkadang, dalam hal seperti ini, misalnya.
"Apa yang ingin kau ketahui?" Tanyaku menghampiri dan duduk didepannya.
"Siapa wanita itu, Tuan?"
" Kau bisa memanggilku Riky saat tidak ada orang lain disini, bukankah usia kita tidak jauh berbeda. Aku tidak ingin terlihat tua dengan panggilan lebaymu itu," ujarku kesal, bukannya menjawab pertanyaanya.
"Maaf Tuan, ini sudah sewajarnya, saya tidak akan mengubahnya," jawabnya tetap tenang, dasar keras kepala
"Terserah kau saja."
Aku malas berdebat dengannya.
"Intan akan menjadi nona dirumah ini, dia seorang wanita yang aku cintai. Dia berhasil membuat dadaku bergetar saat menatap iris matanya." Ujarku dengan perasaan membuncah sambil membayangkan wajah wanita yang sebentar lagi akan menjadi Nyonya Revandra.
Sedangkan Rayan, kulihat bibirnya sedikit terangkat, dia tersenyum, sekarang aku yang jadi bingung dengan ekspresi konyolnya.
"Kenapa kau tersenyum, apa ada yang lucu?. ucapku tajam.
"Maaf Tuan, saya hanya senang, akhirnya Tuan mau membuka hati untuk wanita. Itu berarti Tuan adalah orang yang normal." Dia berkata pelan, kemudian buru-buru menutup mulutnya.
"Apa maksudmu hah, kau pikir aku tidak normal?" tanyaku kesal. Enak saja dia bilang aku suka ter*ng.
"Hhhe maaf Tuan." Dia tersenyum tak berdosa. Ah sudahlah, lama-lama aku yang jadi pusing kalau begini.
"Tapi Tuan, kenapa tadi nona muda anda yang menggendongnya dan dalam keadaan berbalut selimut, apakah nona sakit?" Dia bertanya pensaran yang membuatku seketika bingung bagaimana harus menjelaskannya.
"Aku telah memaksanya, untuk membuat dia mau menerimaku."
"Maaf Tuan saya tidak mengerti."
"Intan tidak pernah melihatku ada, kurasa dia tidak tertarik denganku. Sedangkan aku, tidak akan sanggup kehilangannya, aku tidak mau dia sampai dimiliki orang lain. Jadi aku telah melakukan sesuatu terhadapnya untuk membuat dia tetap berada disampingku," ujarku lirih.
Kulihat Rayan seketika bingung, tapi kemudian mengangguk tanda mengerti.
"Tapi Tuan, maaf, gimana jika seandainya nona Intan membenci anda?"
"Aku sudah siap untuk itu, ini memang resiko yang harus aku tanggung. Aku tidak peduli jika dia membenciku nanti. Aku hanya ingin dia tetap berada disini, biarpun dalam keadaan benci. Biarlah aku saja yang akan mencintainya sepenuh hati, dan memberinya kasih sayang." Jujur hatiku sakit membayangkan Intan akan membenciku nanti.
Aku sadar diri, kalau aku egois, aku tahu aku salah. Tapi jujur aku tidak menyesal, aku malah akan menyesal jika sampai kehilangannya.
Maafkan aku papa, nenek, aku telah mengecewakan kalian, aku telah menghancurkan hidup seorang gadis yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa
Sejatinya level cinta yang paling tinggi adalah di mana titik seseorang bisa mengikhlaskan yang dicintai bahagia, biarpun harus dengan orang lain. Bukan malah memaksa cinta untuk tetap tinggal. Padahal dia tidak bisa merasakan kebahagian bersama kita.
*****
Disaat aku tengah berbincang beberapa hal lain dengan Rayan. Samar-samar aku mendengar suara perempuan menangis histeris.