Kunodai Karena Dia Berharga

Park Hara
Chapter #12

#12 Penggoda

Ada yang mencoba menarik perhatian, tetapi pikiranku hanya berputar-putar tentangmu. Lalu, apa kamu tega membiarkan perasaan ini mengambang sendiri.

*****

Semalam aku pulang agak telat, karena ada urusan yang harus kuselesaikan bersama Rayan.

Setelah memastikan keadaan Intan pada maid di rumah, aku langsung merebahkan diri untuk beristirahat, hari ini terlalu melelahkan.

Aku harus memulihkan tenaga, apalagi untuk menghadapi calon Nyonya Revandra besok, kurasa akan membutuhkan tenaga ekstra.

*****

Tadi pagi, sebelum ke kantor, aku mengantar Intan ke kontrakannya setelah terjadinya perdebatan yang lumayan alot, dan kali ini tentu dia yang jadi pemenangnya.

Setelah memberinya peringatan, dan sedikit mengancam agar tidak melakukan hal yang tidak kuinginkan, akhirnya dia kubiarkan untuk pulang.

Bagaimanapun, aku tidak ingin dia merasa terkekang yang nantinya malah membuatnya semakin tidak nyaman denganku. Aku harus banyak menyimpan stok kesabaran menghadapi makhluk Tuhan yang unik itu.

Intan ... Intan, jika sampai kehilanganmu kurasa aku bisa gila. Jika sampai itu terjadi, lalu siapa yang akan mengelola perusahaanku, sayang. Tolong pikirkan sampai kesitu juga. Hee

Sekilas, aku tersenyum membayangkan percakapan singkat dengan Intan saat tadi sampai di kontrakannya.

"Awas ya kalau berani macam-macam, apalagi kalau pake acara kabur-kaburan segala." Ancamku dengan tatapan tajam.

"Heumm," jawabnya cuek.

"Kakak punya banyak mata-mata lho untuk memantau kamu." Sambungku.

"Heummm."

"Kamu sakit tenggorokan, sayang?, Kok dari tadi hamm heumm hamm heumm aja," Sindirku halus.

" Tau ah." Jawabnya dengan bibir yang dimajukan kedepan, makin imut itu mah.

"Kok cuek gitu, bukannya diajak masuk kek terus ditawarin minum sebagai tanda terimakasih udah dianterin." Ujarku menggodanya, dengan alis yang sengaja kubuat naik turun.

Matanya mendelik tajam kearahku, "Maaf ya Tuan yang terhormat, dilarang masuk bagi yang bukan muhrim." Jujur, aku mau tertawa mendengarnya. Sayang, aku senang kamu yang cerewet seperti ini.

"Oh gitu, dilarang masuk, padahal kemaren waktu di kantor kakak, kita udah selangkah lebih maju loh." Ujarku genit.

Lihat selengkapnya