POV Intan
Setelah dua hari hanya mengurung diri di kontrakan dan tidak kemana-mana. Hari ini aku memutuskan untuk kekampus, ke perpustakan untuk mencari beberapa buku yang diperlukan, sekalian untuk bertemu Reni, sahabatku.
Sudah dua hari lebih kami tidak bertatap muka selain hanya berkabar via media. Aku jadi rindu padanya. Selama kuliah, cuma dia sahabat yang aku punya.
Teman memang banyak, tapi yang mengerti kita dalam keadaan susah senang itu langka. Dan hanya Reni yang selama ini bisa mengerti aku.
Setelah bersiap-siap, aku memutuskan untuk pergi, tentunya setelah memberi kabar pada Kak Riky. Ya, itu adalah peraturan baru yang dia tetapkan, aku harus melaporkan segala aktivitasku padanya.
Nyaman, tentu tidak, belum apa-apa sudah seperti berada dalam sangkar emas. Aku hanya takut dia akan melakukan yang tidak-tidak, jika aku tidak mau menuruti semua perintahnya.
Sungguh, kenal dengan lelaki itu adalah sebuah kesialan yang sangat kusesalkan. Tuhan, dosa apa yang pernah hamba perbuat di masa lalu. Pengen nangis rasanya tapi tak ada gunanya.
Nasi sudah jadi bubur, daripada dibuang mending ditambah ayam dan toping lainnya. Pikirku mencoba menghibur diri.
Laki-laki itu memang sudah berhasil menghancurkan hidupku.
*****
Saat sedang asik mencari buku di perpustakaan dengan Reni, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang yang aku kenal.
Aku menoleh, dia berdiri tepat dibelakangku. Dia Fatih, teman sekelasku di awal-awal semester dulu. Sekarang kami sudah dalam masa menyusun skripsi,jadi lumayan jarang bertemu.
"Intan, apa kabar, kok dua hari ini aku engga liat kamu di kampus?" Dia bertanya dengan tatapan mata yang bisa kumengerti.
"Eh, baik kok, dua hari belakangan aku kurang enak badan, jadi engga kekampus," Ujarku berbohong. Maaf Fatih.
" Memangnya kamu sakit apa, apa sekarang udah lebih baik, kalau sakit harusnya engga usah ke kampus 'kan." Ujarnya dengan mimik wajah khawatir.
"Aku udah sehat kok, kemaren cuma kelelahan aja mungkin, nih buktinya aku baik-baik aja 'kan." Aku berbohong lagi, ternyata benar kalau kita sudah berbohong sekali, maka harus berbohong lagi seterusnya.
Fatih, jika seandainya kamu tahu apa yang telah terjadi padaku dua hari yang lalu, apakah kamu akan tetap seperhatian ini. Atau malah merasa jijik dan tak sudi lagi bahkan hanya untuk sekedar melihatku.
Reni yang mengerti kemana arah semuanya, hanya mengedipkan mata menggodaku.
Kemudian kembali pura-pura sibuk memilih buku, padahal aku yakin telinganya sudah dipasang bagus-bagus untuk mendengar pembicaraan kami selanjutnya.
Hehhe, aku tahu betul gimana sahabatku itu.
*****
Aku tahu, selama ini Fatih menaruh hati terhadapku. Aku mengetahui itu semua juga dari Reni, meskipun pada awalnya aku tidak percaya karena mengingat siapa Fatih sebenarnya, yang jelas di kampus ini dia menjadi incaran banyak kaum hawa.
Namun, setelah aku melihat bagaimana caranya berinteraksi denganku, caranya memperlakukanku, membuatku percaya bahwa apa yang dikatakan Reni benar adanya.
Ya, Fatih pernah curhat pada Reni perihal perasaannya padaku. Karena saat itu Fatih meminta tolong pada Reni untuk membuatku jadi dekat dengannya. Dia tahu, Reni adalah orang terdekatku.