Aku tidak yakin dengan keputusanku.
Benar, kadang-kadang orang berhasil memutuskan hal paling benar dalam hidupnya hanya dalam satu kali berpikir, tapi dalam konteks aku, hal itu tidak pernah terjadi.
Sejak aku kecil, ibuku selalu menjadi pengambil keputusan terpenting. Apa warna baju yang harus kupakai. Apa model baju yang harus kubeli. Apa buku-buku yang mesti kubaca. Dimana restoran terbaik yang harus didatangi. Sekolah mana yang paling cocok dimasuki. Nyaris segala hal dalam hidupku diputuskan oleh ibuku. Aku lupa pernah belajar memutuskan sesuatu sendiri. Hidupku tergantung sepenuhnya padanya, sampai-sampai aku tidak tahu, akan jadi apa aku ini tanpa dirinya.
Tapi kini aku harus belajar untuk hidup tanpa dia.
“Kamu yakin?”
Aku mengemasi semua barang-barangku tanpa suara. Tidak, aku tidak pernah yakin. Aku bingung dan aku cemas dan aku gamang dan aku takut.
Tapi aku sudah dewasa. Sudah tujuh belas tahun. Sudah saatnya aku hidup sebagai orang dewasa. Dan aku tidak boleh takut.
“Tidak,” jawabku. Kutarik resleting koper terakhirku. Lalu kupandang ibuku. Dia cantik namun layu. Kelopaknya mekar namun mulai gugur satu-satu. Dia tampak seperti tanaman yang tidak terawat. Kurus, kering, sedih dan kuyu.
Padahal ia masih berumur 42 tahun.
Padahal sebelum ini ia masih tampil seperti model-model di televisi.
“Maureen.”
“Aku baik,” aku mencoba tersenyum, “aku sudah tujuh belas. Ingat?” aku memiringkan kepala, mencoba menghilangkan airmata yang tiba-tiba menggenang di pelupuk mata, “aku bukan Maureen bayi lagi.”
Ibu menggigit bibirnya.
“Bukankah Ibu sudah dengar apa kata nenek di telepon?” aku mengingatkannya, “nenek senang sekali aku pulang. Dia rindu padaku.”
“Iya, tapi...”
Iya tapi...aku berdiri, pura-pura memeriksa koper-koperku kembali. Pesawatku akan berangkat besok pagi-pagi sekali. Perjalanan Denpasar-Jakarta hampir dua jam. Belum lagi Jakarta-Padang. Aku harus menyiapkan tenaga untuk perjalanan jauh. Tak ada waktu untuk segala percakapan yang mengandung kata “iya, tapi...”.
Iya, kami akan bercerai, Maureen, tapi kami sayang padamu.