Pada tahun 1998, krisis ekonomi dan politik mencapai puncaknya. Tercatat angka pengangguran mencapai lebih dari 20 persen dari angkatan kerja. Sementara melesatnya harga-harga barang kebutuhan pokok mengakibatkan lebih dari 50 persen penduduk jatuh ke bawah garis kemiskinan. Dalam kondisi demikianlah, tekanan rasial semakin menguat. Jurang kesenjangan dan kebencian antara pelaku usaha etnis Tionghoa dan kaum pribumi yang selalu ada kembali menemui momentum ledakannya di tahun ini.