Blurb
Kuranji Lantang dan Kuntum Dahlia masih terisak hingga mata mereka bengkak. Sementara rumah panggung kayu kusam yang dimakan usia tempat mereka tinggal, masih gelap tanpa penerang.
Dua bocah malang itu menunggu mamaknya pulang dari tanah rantau, Malaysia. Sebab, bapak mereka yang berkhianat, memilih kabur bersama sang kemenakan entah kemana.
Sementara, riak kecipak Danau Kerinci bersenandung lirih, meninabobokan keduanya dengan nyanyian pedih. Lagu yang diantarkan angin dingin, turun dari lamping-lamping bukit seberang danau. Gigil yang masuk melalui celah-celah bilah dinding rumah dan membelai pipi mereka yang masih berjejas airmata.
Keduanya makin merapatkan badan dan membentuk angka lima, ketika hawa dingin menyusup ke balik baju mereka.
"Mamak, baleklah."