KURANJI LANTANG

Airin Ahmad
Chapter #9

Mengintip Dari Balik Jendela

Suami istri itu, mertua Syafrida, tak dapat menahan kesedihannya ketika palu hakim diketuk bertalu, memutuskan hubungan pernikahan antara Syafridan dan Suhaimi. Semua saksi yang memberatkan pun mempermudah persidangan atas fasakh (pengajuan gugatan cerai tanpa mengembalikan mahar) yang Syafrida ajukan.

Seperti apa pun masalahnya, perpisahan tetaplah sesuatu yang menyakitkan, membuat suasana ruangan tampak muram. 

Sang ibu mertua memeluk bekas menantunya itu seakan Syafrida hendak hilang dari pandangan.

“Kau tetaplah anak aku, Syafrida. Jangan pernah lupakan Mamak.” Perempuan yang banjir air mata itu menepuk-nepuk bahu mantan menantunya.

Bulir air mata mengalir di kedua pipi perempuan beda generasi itu. Betapapun, kedua mantan mertuanya adalah tetap nantan (kakek) dan tino (nenek) kedua anaknya. Terlebih, meski teramat sangat membenci mantan suaminya, bercerai tetaplah sesuatu yang sangat menyakitkan dan memukul palung hatinya.

“Iya, Mamak. Lantang dan Dahlia tetaplah cucu Mamak dan Bapak.” Syafrida rengkuh balik perempuan yang tergugu itu.

“Maafkanlah kami, maafkan Suhaimi yang lah buat kau sengsara macam ini.”

“Sudah, Mamak, sudah. Ndak usah pula diingat masa-masa itu. Memang harus macam ini lah nasib kami. Doa-doa bae cucu Kayo jadi orang nanti kalau sudah besar.” Safrida mengusap punggung mantan mertuanya dengan kepedihan tak terkira.

Begitulah. Perpisahan, seperti apa pun bentuknya, tetaplah sebuah peristiwa yang menggoreskan luka. Mitssaqan ghalidzan itu terurai simpulnya, menjadikan Syafrida dan Suhaimi bukan lagi siapa-siapa.

Kabar Syafrida yang menjanda cepat tersiar seantero kampung Pendung yang kecil. Berita itu sampai pula ke telinga Riswandi yang kini mengamati perempuan itu berlalu setiap pagi membawa tangguk. Ia mengintip dari balik jendela kantor kepala desa. Riswandi adalah sekretaris desa selama tiga tahun terakhir. Ada harapan merekah dalam hati laki-laki itu, ia telah menduda semenjak istrinya dipanggil Allah bersama anak di dalam kandungannya akibat kecelakaan belasan tahun yang lalu.

Jatuh iba hatinya, perempuan yang pernah dicintainya hidup sengsara. Kecantikan perepuan itu telah pula direnggut paksa oleh keadaan.

Ia amat-amati almanak setiap hari, menghitung kapan kiranya masa iddah Syafrida berakhir.

**

Ramadhan menjadi bulan semarak di kampung siak Pendung. Semangat beribadah masyarakat menjadi berlipat-lipat dibanding sebelumnya. Setiap RT memiliki kelompok tadarus Al Quran, remaja memiliki pula kelompoknya, begitu juga yang setingkat SMP, sementara para qori memilih tadarus di masjid. 

Tadarus dilakukan bergilir dari rumah ke rumah setiap malam, membuat desa yang relatif sepi itu menjadi hidup oleh pengeras suara di beberapa tempat. 

Meski terbilang kampung kecil dan terpencil, qori dan qoriah tingkat nasional lahir di kampung ini, sebab didikan yang keras dari para orangtua dan buya.

Pada masa ini pula, kesempatan bagi pada pemuda untuk mencari tambatan hati. Kekasih singkat, barangkali seperti itulah sebutannya. Sebab, setelah lebaran mereka akan kembali seperti sediakala, sekedar berteman saja.

Puncak dari berkasih sebulan itu adalah menyewa kendaraan dengan bak terbuka dan pergi tamasya bersama, remaja sekampung turut serta. Mengunjungi Aroma Peco, wisata perkebunan teh di kaki Gunung Kerinci ketika lebaran tiba.

Malam itu, ketika memperingati Nuzulul Quran, mata Lantang terbelalak ketika menyaksikan sang adik Dahlia, tampil ke pentas musabaqah tiawatil quran menyetorkan juz dua puluh sembilan dengan sempurna.

Otak remaja tanggung itu terus berputar-putar, sejak kapan Dahlia menghapal dengan sedemikian lancarnya? Meski beberapa kali terbata-bata karena bicaranya yang sering terputus-putus, adik kecintaannya itu menyelesaikan tugasnya dengan sempurna.

Lantang ternganga dibuatnya. Meski tidak menyabet gelar juara, bagi Lantang, itu adalah sesuatu yang membanggakan. Dahlia telah menyumbang juara di hatinya.

Meski setiap petang mereka ke surau berbarengan, ia tidak terlalu memperhatikan adiknya itu karena berada pada kelompok yang berbeda.

Turun dari panggung, Lantang menghampiri Dahlia dan mengacak kepala gadis kecil itu, membuat Dahlia terkekeh dan menatap abangnya.

Lihat selengkapnya