Lily ngejelasin semuanya ke gue. Gue langsung lari keluar nyari Blue.
Jadi, dulu di deket sini tuh ada satu daerah yang namanya kampung nelayan. Kampung itu adalah satu-satunya tempat buat penduduk Silver City mencari uang dengan menjual hasil-hasil laut. Tapi, sekitar 20 tahunan yang lalu, kampung itu terbakar. Semua orang menduga bahwa Bosley Corporation-lah yang membakar kampung itu untuk keperluan pembangunan resort.
Setiap penduduk diberikan kompensasi 20 juta silver sama Bosley Corporation. Ada 100 kepala keluarga disana. Tapi gak tau kenapa, proyek di kampung nelayan itu belom rampung sampai detik ini. Emang sih gue ngeliat ada 5 bangunan tinggi yang terbengkalai, malah jadi tempat sampah dan bikin polusi. Nah, sejak kampung nelayan itu terbakar, penduduk memutar otak gimana supaya mereka bisa tetep cari uang.
Akhirnya, mereka ditawarin buat membangun pasar ikan dengan menggunakan tanah milik grup Octopus. Jadi intinya, tanah di pasar ikan ini milik Octopus , cuma bangunan-bangunannya adalah milik penduduk setempat.
Nah, empat tahun lalu, katanya ada proposal dari Bosley buat ngebeli tanah di pasar ikan ini. Para pemilik kios gak terima bahkan sampe berdemo. Kata Lily, Blue dan beberapa orang pemuda di Silver City ini rela pasang badan buat ngusir preman-preman Bosley Corporation. Preman-preman yang nekat berbuat apa saja demi mencapai tujuannya. Well, mereka memang dibayar buat itu.
Akibatnya, terjadilah kerusuhan yang cukup besar. Sayangnya, kerusuhan itu sampai menewaskan seorang wanita, warga setempat. Blue dan beberapa teman-temannya juga sampe harus masuk Rumah Sakit karena cidera berat.
Berita ini sempet heboh di media-media internasional dan memberikan kecaman hebat terhadap Bosley Corporation. Karena itu, proses pembelian tanah itu terhenti. Semua menyangka kalo Bosley sudah mundur, tapi gak taunya sejarah terulang kembali.
“Blue itu.. dia gak akan diem kalo dia bisa berbuat sesuatu.. makanya orang-orang disini ngandelin Blue banget.. Tapi , aku gak bisa.. pokoknya aku gak bisa ngeliat Blue luka kayak dulu lagi Kim.. kejadian itu.. mimpi buruk buat aku.. “ Lily nangis dengan sedih.
Lily ngasih tau gue kemana Blue kemungkinan pergi. Gue sendiri gak tau bisa berbuat apa, tapi hati gue ngedorong gue buat nyusul Blue. Sesampenya gue ke tempat yang Lily bilang, gue liat kerumunan orang di lepas pantai. Gue cepet-cepet nyamperin kerumunan itu.
Jadi, ini tuh posisinya udah kayak mau perang antar geng gitu gaes. Di sisi sebelah kiri ada kisaran 10 orang preman berdasi, lengkap sama kacamata itemnya. Kadang gue bingung ya, mau jotos-jotosan aja ngapain pake kacamata item coba? Udahnya juga bakal bonyok-bonyok kan?
Di sisi sebelah kanan, ada sekitar 15 orang anak muda termasuk Blue yang mukanya udah bertampang garang, kayak siap makan gurita 3 ton.
“BERESIN DULU SAMPAH KAMPUNG NELAYAN! ANJ**G!! JANGAN SENTUH PASAR IKAN! BILANG SAMA BOS LU, SAMPE MATI KAMI GAK AKAN PINDAH!” itu kan Tim, si playboy yang tiap subuh nganter ikan! Garang juga.
Tiba-tiba dari sisi sebelah kiri, semua preman itu secara serempak ngeluarin pistol dari sakunya dan semua bersiaga dengan posisi nembak. Semua kerumunan orang yang berdiri bareng gue teriak ketakutan dan langsung pada jongkok.
“Jadi, siapa yang mau mati duluan?!” si pemimpin preman maju selangkah dan ngebuka kacamatanya.
Mukanya tengil banget, sumpeh! Mungkin waktu di casting jadi preman, dia lolos karena ketengilan mukanya.
Untuk kesekian kalinya, mungkin saat ini gue lagi kemasukan rohnya si Blunder Woman. Lah kok kaki gue malah ngelangkah maju. Gue terus ngelangkah dengan santai ke antara mereka. Gue sempet ngeliat muka si Blue yang ekspresi mukanya udah gak bisa gue deskripsikan. Kaget, marah, kuatir, bingung.
Gue berdiri di depan preman itu. Mm.. bukan di depan premannya sih, tapi di depan mulut pistol itu. Gue tepis dengan lembut pistolnya seakan gak takut sama tuh pistol, sampe gue bisa menatap mata si pemimpin preman itu. Muka tengilnya keliatan bingung, dan kami bertatapan selama beberapa detik.
Aneh! Kok gue gak ngerasa takut?!
“Gue rasa.. lu gak mau sejarah terulang lagi.. kalo sampe gue mati ditangan kalian.. mungkin kali ini Bosley malah gak bisa beli tanah dimana-mana.. “ gue ngancem si preman tengil.
Tujuan gue adalah ngingetin dia kejadian empat tahun yang lalu, saat seorang warga jadi korban akibat kerusuhan seperti ini. Akibatnya, Bosley Corporation dikecam media dimana-mana. Matanya mulai ragu dan mikir.