“Blue.." gue panggil- panggil Blue, berusaha menyadarkan Blue.
“Kepalanya si Blue terbuat dari apa coba? Dipukul sama kayu, malah kayunya yang patah..” si Bert terus mandangin Blue.
“HAAAAARRRGGHHHH!!” gak lama Blue bangun dan langsung sigap berdiri.
Bert langsung terguling ke belakang karena kaget sama Blue yang tiba-tiba bangun. Blue langsung memasang posisi badan yang siaga buat nyerang siapa aja yang mau menyerangnya. Kedua tangannya dikepalkan di depan dadanya dan nafasnya ngos-ngos-an. Mukanya sangat bingung ngeliatin kami semua.
“Gue dimana?” dia menggelengkan kepalanya dan memegang belakang kepalanya.
“Di hotel.." gue jawab singkat.
“Lu nyulik gue?!” tanya Blue gak percaya.
“Iya.. “ gue jawab lagi.
“Blue Archie White .. “ suara seorang laki-laki dibelakangnya berhasil membuat Blue menurunkan kepalan tangannya perlahan.
Gue liat ekspresi Blue langsung berubah menjadi tenang. Blue berbalik dan terpaku. Gue liat pundaknya gemetaran.
“Blue.. “ laki-laki itu kembali memanggilnya.
“Papa..?” Blue berbisik dan masih gak percaya kalo laki-laki yang saat ini berdiri di depannya adalah papanya.
Gue ngeliat mister Oliver terus memandang Blue, seolah-olah menunjukkan rasa rindu dan penyesalannya sekaligus. Pundaknya gemetar menahan tangis. Mata kecilnya terus memandang Blue seperti mencurahkan rasa kangennya selama ini, karena gak bisa ngeliat putra semata wayangnya yang kini sudah menjadi laki-laki dewasa.
Kakinya melangkah perlahan mendekati Blue yang masih gak percaya kalo saat ini, papanya yang disangkanya udah mati, berdiri didepannya. Blue terduduk di sofa dibelakangnya dan menutup mukanya dengan kedua tangannya.
Mister Oliver perlahan duduk disebelah Blue.
Gue dan Bert perlahan melangkah keluar buat ngasih privacy untuk mereka berdua.
“Thank you.." gue natap Rob dengan penuh kebanggaan karena dia berhasil nemuin dan ngebawa mister Oliver kesini.
Gue gak tau apa aja yang Blue dan mister Oliver obrolin. Gue, Rob dan Bert pergi ke ruang makan dan menyusun strategi berikutnya. Gue sempet chat mama Mel dan bilang kalo gue udah menemukan mister Oliver. Mama Mel gak percaya awalnya, sampe gue kirim fotonya.
“Ya Tuhan.. Kim..!" mama Mel cuma bales 1 kalimat itu.
Sebenernya gue udah tau kalo Blue ada di bar itu. Gue juga udah tau kalo Alicia itu adalah klien kursus Blue yang sedang dia tangani sekarang. Lucu juga big boss mafia pengen belajar jatuh cinta. Paling juga modus doang biar bisa deket-deket sama Blue.
Anyway, gue harus pake cara ini buat menarik perhatian Blue. Karena kalo gue pake cara biasa, mohon-mohon supaya dia mau dengerin gue.. rasanya percuma. Setelah 2 jam mereka didalam kamar, pintu kamar terbuka. Mister Oliver melangkah keluar sendiri. Gue liat Blue lagi ada di balkon luar kamar. Mister Oliver berjalan menghampiri gue.
“Terimakasih.." katanya sambil berkaca-kaca dan menepuk-nepuk pundak gue.
Gue menggeleng.
“Saya yang terimakasih sir.. karena sir Oliver mau bantu saya.." gue menggenggam tangan mister Oliver.
Tangannya kecil dan kasar. Pasti dia udah ngelewatin banyak hal berat dihidupnya. Wajahnya masih terlihat tampan, matanya biru seperti Blue, tapi garis-garis kerutan diwajahnya sangat jelas. Rambutnya sudah hampir putih semua dan perawakannya sangat kurus.