Kursus Jatuh Cinta

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #29

BAB 29 ADALAH SESUATU YANG MENGECEWAKAN

Mama bawa gue turun ke sebuah basement. Basement yang pernah gue liat dalam kilasan memori gue sebelumnya. Basement itu luas, lampunya remang dan ada 1 buah penjara besar. Di dalam penjara itu ada 2 buah kasur, meja makan, wc, dan mainan-mainan lusuh. Gue juga ngeliat ada rantai-rantai yang sangat panjang. Gue ngeliat ada tulisan di dinding basement, tapi gue gak bisa liat jelas tulisan itu. 

“Kim sayang mama kan? Ini tempat rahasia mama sama Kim.. ya??” mama berbisik ke gue.

Mama taro gue di dalam penjara dan naik ke atas dengan seorang pria. Gue gak bisa liat muka pria itu. Tapi, gue liat mama banyak tersenyum disini. Di dalam penjara ini, gue punya 1 teman bermain. Setiap kali kesini, gue selalu bermain dengan 1 anak laki-laki kecil. Selain bermain, gue juga selalu bertengkar sama dia. Biasanya ribut karena rebutan mainan dan dia yang harus selalu menang.

“Bosley Bloon!” dia selalu maki-maki gue dengan kata-kata ini.

Tiba-tiba gue inget ada seorang pria yang kakinya selalu dirantai di dalam penjara itu. Kakinya berdarah dan di badannya banyak bekas luka.

“Tolong bebaskan saya.." pria itu berusaha menggapai gue.

Dan yang bikin jantung gue makin berdegup kencang, saat gue liat ada bekas luka di pelipisnya. Bekas luka 3 titik! Setelah itu, semuanya menjadi gelap.

Gue buka mata perlahan. Gue lega karena gue masih ada dikamar hotel. Gue liat keluar jendela dan langit udah gelap. Gue liat ke samping, ada Blue yang lagi duduk dan tertidur sambil menggenggam tangan gue. Blue langsung bangun saat ngerasain tangan gue gerak.

“Kim.. kenapa? Ada yang sakit?” tanya Blue dan langsung mengangkat gue bangun.

“Gue.. haus..” gue bilang gitu dengan suara serak.

Blue langsung ambilin gue air hangat dan gue minum.

“Jam berapa sekarang? Gue pingsan berapa lama?” tanya gue ke Blue.

“Udah jam 10 malem Kim.." kata Blue pelan.

Gue pingsan selama itu?! Tiba-tiba gue langsung melempar selimut gue ke samping dan mau bangun. Tapi Blue langsung ngelarang gue.

“Kita gak punya waktu Blue.. papa gue.. dia udah tau.. gue harus ketemu papa Al!“ gue langsung menatap Blue dan berusaha berdiri.

Blue menahan pundak gue, seperti meminta gue untuk duduk. Blue memandang gue dengan sangat sedih. Gue akhirnya diem dan memandang Blue dengan sedih.

“Blue.. dengan membawa nama Bosley.. dari kecil.. gue udah biasa gak punya banyak temen.. dan gue udah biasa dibenci sama orang.. Tapi.. hari ini gue tau.. kalo mama gue sendiri.. benci sama gue.. kenapa rasanya sesakit ini?” air mata gue kembali menetes.

Gue pandangin Blue dan lagi-lagi gue liat mata Blue basah.

“Gue benci ngeliat lu sakit Kim! Gue terus ngutukin diri gue karena gue gak bisa apa-apa.. gue gak bisa.. liat lu sakit terus Kim.." tangannya meremas pundak gue.

“Seandainya gue bisa milih.. lebih baik gue yang sakit.." Blue menundukkan kepalanya.

“Gue tau.. sia-sia minta lu buat.. berenti.." Blue berbisik ke gue.

“Blue... thank you.. lu.. mau berjuang sama gue.. tapi, ini adalah peperangan yang harus gue lewatin.. gue gak akan mundur meskipun gue harus.." omongan gue terputus saat tangan Blue menutup mulut gue.

Don’t!” Blue mandangin gue dengan pandangan tersiksa.

Gue turunin tangan Blue dari bibir gue.

Let me finish.. gue gak akan mundur meskipun gue harus terluka dan babak belur.. tapi.. gue gak akan biarin diri gue mati dan kalah dalam pertempuran ini.." Gue tatap mata Blue.

“Kim.. janji sama gue.. kita lewatin ini.. bareng.. oke?? Lu punya gue.. dan lu boleh rapuh didepan gue.. gue gak akan biarin lu.. hancur..” Blue mengecup telapak tangan gue dan terus menatap gue.

Gue mengangguk.

“Gue gak tau kenapa gue bisa lupa sama mama.. sama masa kecil gue.. Mark bilang, karena otak gue ngeblokir ingetan gue dari hal-hal yang menyakitkan.." Gue bilang lagi ke Blue.

“Gue.. gak mau terus jadi pengecut Blue.. meskipun sakit.. gue harus tau semuanya.." gue menangis dan Blue memeluk gue dengan erat.

Blue duduk di ranjang dan membiarkan kepala gue bersandar di dadanya yang kekar. Blue terus membelai kepala gue sampai gue tenang.

“Mark?” Blue tiba-tiba menyebut nama Mark.

Gue mendongakkan kepala gue dan menatap Blue yang juga lagi menatap gue.

Lihat selengkapnya