“Lu belum ngomong?” Mark nanya ke gue.
Gue menggeleng.
“Kim..?” mama Mel kembali nanya ke gue.
Gue duduk di ranjang dan gue minta semua orang buat duduk.
“Kim mau donor ginjal buat Lily.." Gue ngomong ke semua orang.
“Apa?! Mama gak setuju.. mama akan cari di semua rumah sakit di dunia, ginjal terbaik buat Lily.." mama Mel langsung berdiri dan protes.
“Mam.." papa menggenggam tangan mama buat menenangkan mama.
Amber menutup mulutnya gak percaya sama apa yang baru aja gue omongin.
“Mam.. buat apa cari ke seluruh dunia, kalo ginjal terbaik ada didepan mata kita? Kim sama Lily saudara kandung. Kemungkinan kecocokan secara genetic, darah dan apapun istilah medisnya itu.. akan sangat besar.. ya kan Mark?” gue minta Mark back up gue.
“Ya.. walaupun tetap harus dilakukan banyak observasi dan test.." Mark bilang ke mama Mel.
“Pokoknya mama gak setuju! Kenapa harus kamu yang berkorban? Memang papa setuju?” mama Mel hampir menangis.
Papa hanya diam menatap mama Mel.
“Papa serius?” mama Mel melepaskan tangan papa dengan kasar.
Gue tau mama Mel sangat sayang sama gue. Gue berdiri dan menghampiri mama Mel.
“Mam.. Kim gak akan mati cuma karena kasih satu ginjal Kim buat Lily.. Lily gak ada waktu buat nunggu lagi mam.." gue genggam tangan mama Mel.
Mama Mel masih menggelengkan kepala.
“Mam.. Kim gak bisa ngelakuin ini kalo gak ada restu dari mama.." gue masih ngebujuk mama Mel.
“Mama gak bisa ngeliat kamu dalam bahaya Kim.. kamu itu anak mama.. ya Tuhan.." mama Mel meneteskan air mata.
Gue memeluk mama Mel dengan erat dan menepuk-nepuk punggungnya.
“Mama..makasih ya.. berkat mama Mel, Kim bisa mengenal kasih sayang seorang mama yang sesungguhnya..kasih sayang seorang mama yang Kim gak pernah dapet..” gak sadar gue meneteskan air mata.
Dan akhirnya setelah membujuk mama Mel dengan dikuatkan oleh seabreg bukti-bukti medis dari Mark, mama Mel setuju. Dimulailah segala proses observasi yang dibutuhkan. Selama 5 hari gue melakukan tes kecocokan darah, cek jaringan, CT scan, MRI sampe pemeriksaan psikologis untuk memastikan kesiapan mental dan fisik gue.
Mark terus ngedampingin gue dan berkonsultasi dengan beberapa dokter disini. Selain itu, papa juga mendanai beberapa peralatan yang lebih canggih yang dibutuhkan untuk proses transplantasi ginjal ini.
Selama 5 hari ini, selain melakukan tes ini itu, gue selalu ngobrol sama Blue minimal 3 jam sehari. Banyaaak hal yang gue ceritain ke Blue. Gue tau Blue bisa denger gue. Gue cerita kalo papa sangat berterimakasih sama Blue yang udah ngelindungin gue. Papa juga mau ngelepasin tanah pasar ikan dan tanah itu sepenuhnya akan diserahkan untuk kepentingan warga Silver City.