Neng, kapan nikah?" tanya tiba-tiba dari Emak yang tengah menonton acara televisi.
Seketika itu, orang yang di tanya Emak langsung menghentikan mengerjakan thesis, seraya melepas kacamata bacanya.
Sang gadis itu hanya bisa menghela napas panjang. Tatkala sang Emak tercinta menanyainya kapan ia akan menikah. Jangankan menikah calon imamnya pun belum terlihat hilalnya.
"Emak, yang mau nikah kan Fatimah, yang menjalaninya juga Fatimah. Tapi, kalau ditanya kapan Fatimah nikah jawabannya gak tahu. Masalah jodohkan Allah Swt yang ngatur, bukan kita," kata Fatimah mencoba untuk memberikan pengertian.
"Emak juga tahu Neng, jodoh datangnya dari Gusti Allah. Tapi, kalau Neng sibuk kerja, sibuk kuliah dan sibuk ngejar dunia kapan dapat jodohnya," balas Emak yang mulai geram atas sikap Fatimah.
Fatimah tertunduk lesu. Dia juga sadar diri akan keinginan Emaknya itu. Bukannya dia tak mau menikah, bahkan dia teramat ingin menikah. Tapi, jodohnya memang belum saat ini. Mungkin bulan depan, tahun depan atau kapan pun itu jika sudah waktunya.
"Neng, lihat tuh si Maisara. Dia udah punya anak tiga, belum lagi tuh si Hafsah dia udah punya anak dua. Kamu gak ngiri sama mereka? Kamu udah 27 tahun, Neng," oceh Emak yang sepertinya enggan untuk berhenti.
"Terus Neng harus apa Emak? Setiap orang kan punya nasibnya masing-masing. Mau dipaksa gimana pun kalau Allah belum menghendaki, kita bisa apa."
"Udahlah, Emak capek ngomong sama Neng. Ada aja jawabannya kalau udah bahas nikah. Pokoknya kalau dalam satu bulan ini Neng gak dapat juga calon, biar Emak sama Abah cariin," ucap Emak memberikan ultimatum pada Fatimah.
"Emak dengerin Fatimah, nikah itu perkara yang sangat sensitif, Fatimah tidak mau tergesa-gesa. Fatimah tidak mau salah langkah, yang akhirnya rumah tangga Fatimah gagal."
"Tahu apa kamu, Neng. Emak udah banyak pengalaman, Neng sama Emak duluan Emak hidup di dunia ini. Suka duka kehidupan Emak udah mengalaminya. Jadi, sekarang Neng nurut aja apa kata Emak. Emak tahu mana yang tebaik buat kamu, Neng," ucap Emak begitu Berapi-api.
Jika sudah seperti ini, Fatimah tak mampu berkata lagi. Selain mengikuti apa kemauan Emaknya. Fatimah cukup tahu diri, dirinya memang belum punya banyak pengalaman.