Kusebut namamu dalam doa

Roslina
Chapter #2

Hujatan Tetangga

Fatimah selalu menyembunyikan rasa sedihnya. Jika boleh jujur, dirinya pun ingin segera dipertemukan dengan teman hidupnya. Ia juga merasa jika usianya memang sudah pas untuk menikah. Tapi, masalahnya mau menikah dengan siapa? Ia tidak punya teman lelaki. Padahal jika dilihat dari kacamata dhohir, enggak ada yang salah dengan Fatimah. Cantik, iya. Pintar? Apa lagi. Lantas apa yang salah pada dirinya hingga jodoh tak kunjung singgah padanya?

Takdir. Ya, ini masalah takdir dan waktu. Setiap manusia sudah Allah SWT siapkan masing-masing jodoh. Kepada siapa hati kita berlabuh dan pada siapa kita akan memberikan segenap hidup kita untuk orang yang kelak di sebut suami. Sabar. Ya, Fatimah Hanya bisa bersabar. Ia yakin jika Allah Maha Adil, Allah swt masih menyembunyikan jodohnya, masih mempersiapkan jodoh yang paling terbaik untuk dirinya. Sekarang, Fatimah hanya bisa pasrah, sabar dan berdoa. Jika pun pencarian suami harus melalui jalan perjodohan, ia ikhlas karena itu adalah kepastian untuk dirinya.

Di tengah pemikiran yang begitu berkecamuk di benaknya. Tiba-tiba saja panggilan seseorang menyadarkan Fatimah, sebuah panggilan yang sangat mengusik hati, pikiran serta indra pendengarannya. Terpaksa, Fatimah menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya dengan panggilan tak baik.


Astagfirullah

"Hai, perawan tua!" panggil seorang ibu-ibu berdaster ungu.

Fatimah menguatkan hati, ia berusaha tersenyum walau panggilan orang itu sungguh mengganggu dirinya.


"Eh, Mpok Ati. Kenapa Mpok ? " tanya Fatimah dengan senyuman dipaksakan.

"Dasar perawan tua belagu! Enggak tahu diri, susah jodoh saja pilih-pilih pasangan. Kamu mau cari yang gimana lagi?"

"Maksud Mpok apa? Fatimah sama sekali nggak paham perkataan Mpok?" ucap Fatimah penuh keheranan.

"Jangan so gak ngerti apa-apa. Kamu nolak Farhan kan? Kurang apa dia? Harusnya kamu bersyukur pria sekelas keponakan saya mau sama kamu. Dia pebisnis, hidup kamu pasti terjamin!" cerocos wanita yang dipanggil Mpok Ati itu.


Fatimah sekarang paham arah perkataan Mpok Ati. Ini berkenaan dengan pria yang bernama Farhan. Pria yang seminggu lalu mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Fatimah. Namun, Fatimah menolak. Pria bernama Farhan itu hampir saja melecehkan dirinya. Bukan itu saja, sebenarnya sebelum Farhan mengutarakan niat baiknya Fatimah melihat Farhan jalan dengan wanita lain. Bukan sekali dua kali melainkan sering. Tentu saja Fatimah berpikir dua kali untuk menerima pinangan pria itu. Apa pria seperti Farhan yang setiap hari bergonta-ganti pasangan harus ia ACC? Harus ia ACC jadi calon imamnya?

Dengan menarik napas dalam-dalam Fatimah mencoba untuk menjelaskan. Ini perlu di luruskan agar tidak ada yang salah paham lagi padanya.

"Mpok maaf banget. Keponakan Mpok memang sempurna idaman kaum wanita. Tapi, ada sikap yang membuat aku berpikir ulang untuk menerimanya," ujar Fatimah begitu hati-hati.


Fatimah tak ingin dengan perkataannya menyakiti hati Mpok Ati, walau bagaimanapun Mpok Ati orang tua yang harus selalu ia hormati.


"Begini Mpok, menurut Mpok gimana saat dengan mata kepala sendiri melihat orang yang ingin menikahi kita jalan bareng wanita lain. Mesra?" sambung Fatimah.

Mpok Ati terlihat memicingkan matanya serta memasang wajah yang sepertinya hampir meledak itu. Dengan berdehem beberapa kali Mpok Ati mulai menanggapi pertanyaan Fatimah.

Lihat selengkapnya