Deg...
Fatimah tertegun, apa yang ia khawatirkan terjadi. Seseorang telah menanyakan sesuatu yang sangat ia hindari. Pertanyaan horor dan keramat.
Rido melambaikan tangannya di depan wajah Fatimah, saat Fatimah malah terdiam dengan sorot mata kosong.
"Helo, Fatimah, Fatimah, kamu baik-baik saja'kan?"
Fatimah tersadar dari angannya. Bisa-bisanya ia malah memikir hal seperti itu di saat ada orang lain di sampingnya. Mau bagaimanapun juga ia tidak mungkin menutupi akan statusnya. Lagian belum menikah bukanlah suatu aib yang besar bukan?
"Maaf, tadi kamu ngomong apa?" tanya Fatimah berpura-pura tidak mendengar perkataan Rido.
"Aku tanya mana anak sama suamimu, kenapa tidak terlihat? Atau mereka tidak ikut?" terka Rido.
"Aku belum menikah, jadi anak dan suamiku masih goib keberadaannya," ujar Fatimah di selingi tawa hambarnya.
Rido terlihat tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Fatimah. Bagaimana ia tidak percaya jika wanita secantik dan seperfect Fatimah belum menikah.
"Aku tak percaya jika kamu belum menikah. Wanita cantik seperti bidadari sepertimu masih melajang."
"Tapi, kenyataannya memang seperti itu. Aku belum menikah, Allah SWT masih menyembunyikan jodohku," ujar Fatimah santai padahal hatinya terasa sesak.
"Kalau begitu aku masih punya kesempatan untuk mendekati kamu, dong?" kata Rido dengan berbinar.
Bukannya menjawab, Fatimah justru tertawa dan ini sukses membuat Rido keheranan sendiri.
"Kenapa malah tertawa? Aku serius Fatimah."
"Bagaimana aku tidak tertawa sedangkan kita baru saja bertemu setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Lalu secara tiba-tiba kamu ngomong kayak gitu."