“Kenapa aku nggak boleh marah padamu? Boby, kamu telah menghancurkan perasaanku!” kata Tasya dengan nada tinggi penuh emosi.
“Tasya, tolong kamu jangan marah dulu padaku, dengarkan penjelasanku, please!” balas Boby.
Meski sepasang mata Tasya menatap setajam mata elang ke arah Boby, namun dia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya, matanya berkaca-kaca, lalu menitikkan beberapa bulir air mata yang segera dihapusnya.
Saat itu, mereka menghabiskan makan siang di Café Tulip, tempat yang sering dikatakan romantis oleh sebagian mahasiswa kampus Universitas Negeri Malang, namun mungkin tidak bagi Tasya.
Tasya nampak serius duduk di hadapan Boby yang pandangannya tak mau lepas dari gadis cantik di depannya itu, yang sudah hampir enam bulan dipacarinya itu.
“Boby, aku sudah tidak bisa memaafkanmu lagi, sudah kesekian kalinya kamu telah membohongiku. Bob, kamu tahu, cinta itu butuh kejujuran! Pengorbanan perasaanku sudah sangat besar!” kata Tasya.
“Sabar dulu, aku minta maaf, ini semua hanya salah paham!” balas Boby berusaha meredam amarah Tasya.
“Sudah enam bulan, Bob!” hardik Tasya.
“Dari awal kan sudah kubilang,” sanggah Boby.
“Apa?!” cecar Tasya.
“Kalau aku belum benar-benar putus dengan Clara,” jawab Boby.
“Bukankah kamu sudah janji padaku akan segera menyelesaikan masalahmu dengan Clara? Aku sudah tidak tahan dengan semua teror yamg dilakukan Clara padaku!” celetuk Tasya dengan nada keras.
“Dari awal kan kamu juga sudah tahu bahwa hal itu akan terjadi,” ujar Boby.
“Maksud kamu?!” sahut Tasya.
“Artinya kamu ya sudah siap dengan ini semua,” balas Boby.
“Bob, apa yang membuatmu tidak bisa putus begitu saja dengan Clara?” cecar Tasya.
Boby menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, sepertinya dia berusaha untuk mengendalikan emosi Tasya.
“Banyak kenangan bersamanya yang masih sulit untuk kulupakan,” jawab Boby serius.
“Berarti kamu tidak akan pernah bisa memutuskan hubungan itu?” tanya Tasya untuk kesekian kalinya.
“Tasya, tolong beri aku kesempatan untuk memilih,” jawab Boby.
“Memilih.. ? Jadi selama ini rupanya kamu.. telah bermain api di belaangku. Dasar pembohong!“ hardik Tasya.
Boby memegang pergelangan tangan kanan Tasya, “Tasya, dengar dulu penjelasanku. Dulu saat kita jalan bukankah kamu juga sudah tahu.. “
“Apa?!” sahut Tasya.
“Bahwa aku masih dengannya. Hanya mungkin saja kami mau putus. Dan kamu pun mengiyakan hubungan kita jalan.. “ jelas Boby.
“Tapi dengan harapan kamu bisa putus dengan Clara, bukan seperti ini!” sanggah Tasya.
“Selesai kan belum tentu harus putus, Tasya kamu harus mengerti.. “ sangkal Boby semakin membuat Tasya marah.
Tasya semakin tidak bisa mengendalikan emosinya, dia segera berdiri, “Bob, kamu memang egois. Kita putus!”
“Tasya.. Tasya!” cegah Boby.
“Dasar playboy mata keranjang! Mau jalan dengan dua wanita yang kamu pikir mau menerimamu?!” umpat Tasya sambil bergegas pergi meninggalkan Boby. Berpasang-pasang mata pengunjung cafe melihat kejadian itu dengan seksama, meski mereka pun tidak mengetahui sebenarnya apa yang telah terjadi di antara mereka berdua.
“Tasya! Jangan pergi, tunggu!” teriak Boby berusaha mencegah Tasya untuk tidak pergi meninggalkannya.
Boby bergegas mengejar Tasya yang sangat gemas kesal, marah. Boby menghampirinya, memegang tangannya, namun dikibaskannya, Tasya menatap tajam Boby.
Sepertinya pertengkaran itu pertanda perpisahan hubungan cinta mereka. Meski pada awalnya tahu hubungan mereka akan kandas di tengah jalan karena masih ada cinta yang lain, namun lagi-lagi karena alasan atas nama ‘cinta’ mereka tetap memaksakan diri untuk menjain hubungan.
“Bob, kamu jangan lagi menghubungiku! Aku sudah muak denganmu!” kata Tasya dengan nada keras.
“Tasya, tolong jangan marah!” ujar Boby menghiba.
“Bob, aku sudah capek!” sahut Tasya.
“Tasya, kita masih bisa bersama-sama lagi kan?” tanya Boby memelas.
“Pertanyaan bodoh macam apa ini, Bob!” umpat Tasya.
“Tasya, begitu mudahnya kamu melupakan semuanya, apa yang pernah terjadi dengan kita,” ucap Boby.
“Cukup!” celetuk Tasya dengan menatap tajam Boby.
“Kita putus!” sambung Tasya.
“Tasya, jangan dulu, semua kan masih bisa dibicarakan,” ujar Boby memohon pengertian Tasya.