Seusai mengikuti kuliah praktikum teknik bangunan, Romi berjalan menyusuri taman dekat perpustakaan. Memang, seperti biasanya di antara tenggang waktu kuliah, Romi sering menghabiskan waktu di perpustakaan, yang letaknya tidak begitu jauh dari gedung jurusan teknik elektro.
“Hmm.. langit mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan turun.. Totok kemana sih kok nggak kelihatan.. ke kamar mandi saja kok lama banget,“ gumamnya dalam hati.
Romi menengadahkan kepalanya ke langit, yang mulai berwarna kelabu. Romi bergegas mempercepat langkah kakinya.
Dan benar juga, tak terlalu lama, kulit wajahnya merasakan tetesan air turun dari langit, rintik-rintik. Gerimis. Romi setengah berlari berusaha mencari tempat berteduh. Sampailah Romi di teras gedung perpustakaan. Ternyata di sana sudah ada seorang mahasiswi yang juga berteduh. Kehadiran gadis itu membuat jantungnya berdegub kencang.
Dag.. dig.. dug, perasaannya campur aduk tak karuan.
Sejenak Romi menghentikan langkah kakinya, rintik gerimis sudah tidak dia hiraukan lagi. Perasaannya kacau, keraguan menyelimuti hatinya, apakah terus menuju ke tempat gadis itu ataukah mencari tempat berteduh lainnya. Tapi sepertinya sudah tidak ada waktu lagi baginya untuk berfikir terlalu lama dalam mengambil keputusan karena gerimis perlahan berubah menjadi hujan yang cukup deras.
“Ya Tuhan, apakah Engkau sengaja mempertemukan aku dengannya lagi ataukah ini hanya kebetulan saja,“ ucapnya dalam hati. Dan tanpa perlu dikomando, kakinya melangkah menghampiri gadis itu.
Dua kali mata mereka sempat beradu, lalu satu kali lagi. Hanya sesaat memang, sebelum sama-sama berpaling muka. Tapi Romi merasa seperti ada cahaya kecil berpijar di kedua mata sayu itu. Bibirnya yang penuh, kedua matanya yang tampak sendu. Seraut wajah manis yang ekspresif, pikir Romi sambil menahan sesuatu yang tiba-tiba bergejolak dalam hatinya.
Dan itu sudah cukup membuat dadanya berdebar keras. Jujur, Romi sedikit gugup. Sementara itu gerimis tak pula bertambah deras atau mereda tapi sudah membuat sebagian pakaiannya basah.
“Permisi.. “ sapa Romi.
“Ya Kak.. silahkan,“ balas gadis itu dengan senyuman.
“Kakak yang kemarin tabrakan sama aku ya kan.. hehehe.. masih ingatkah?” sambung gadis itu.
“Iya, aku ingat kok, apalagi tabrakan sama gadis secantik dirimu hehehe.. kebetulan sekali ya kita ketemu di sini,” balas Romi tersenyum.
“E.. ternyata Kakak pandai juga ngegombal nih hehehe.. !” tukas Tasya.
“Maaf, kemarin aku nggak bermaksud untuk menghalangimu,” ucap Romi.
“Nggak apa-apa.. anggap saja ini merupakan salam perkenalan kita,” ucap gadis itu menimpali.
Kini Romi tepat berada di sampingnya. Di samping seorang gadis yang telah menyita perhatiannya. Cantik. Anggun. Dan tatapan matanya, senyumannya.. so sweet. Detik demi detik, menit demi menit pun berlalu tanpa kata, membisu. Romi masih saja disibukkan dengan perasaan dan pikirannya yang tidak menentu. Hanya suara air hujan yang beradu dengan aspal jalanan dan genting gedung memecah keheningan dan kebisuan di antara mereka berdua.
Udara sore itu cukup membuat tubuh Romi kedinginan karena sebagian bajunya basah oleh air hujan. Sesekali terlihat cahaya kilat membelah langit mendung yang diikuti suara guntur yang bergemuruh keras memekakkan telinga. Berpacu dengan perasaannya, sepertinya Romi tidak mau melewatkan kesempatan langka ini.
“Baru selesai kuliah ya.. ?“ tanya Romi.
“Iya Kak,“ jawabnya singkat.
“Ngomong-ngomong, ambil jurusan apa?“ lanjut Romi.
“D3 Tata Busana,“ jawabnya lagi.
“Kak, sepertinya hujan sudah reda. Aku pergi dulu, senang bisa berbincang denganmu..” ucap gadis itu dengan senyum tersungging di bibirnya.
“O iya sampai lupa, dari tadi sudah ngobrol banyak hal tapi aku belum tahu namamu?” kata Romi.