Sementara itu, Bu Ellen tampak sedang asyik menata makanan di atas meja makan. Tiba-tiba Tasya nyelonong, mengambil seiris roti tawar dan mengolesinya dengan selai nanas kesukaannya.
“Tasya, cuci tangan dulu, tanganmu kan masih kotor! Kebiasaan.. ganti baju dulu terus mandi biar bersih dan cantik!” tukas Bu Ellen.
“Iya Ma, Tasya sudah tahu, Tasya bukan anak kecil lagi yang harus selalu diingatkan,” sahut Tasya.
“E.. e.. siapa bilang, kamu ini memang masih kecil kok..!” balas Bu Ellen menggoda.
“Iiih.. Ma, Tasya benar-benar sudah besar, aku bukan anak kecil lagi!” kata Tasya sewot.
"Iya, mama bercanda kok, hehehe.." timpal Bu Ellen.
“Tasya, kamu pulang sama David?” tanya Bu Ellen.
“Iya Ma,” jawab Tasya.
“Lho.. kok nggak diajak masuk?” lanjut Bu Ellen.
“Sudah sore, Ma. Pasti ibunya sangat mengkhawatirkannya,” ucap Tasya.
“Tasya, apa kamu tidak suka pada David? Dia ganteng lho.. hehehe.. “ goda Bu Ellen setengah berbisik kembali menggoda Tasya.
“Iii.. apaan sih Ma, David sahabat Tasya sejak kecil, jadi mana mungkin kami berpacaran.. tapi benar juga.. kalau diperhatikan David ganteng juga hehehe..!” balas Tasya tersipu.
"Kenapa Mama tidak menikah lagi?” tanya Tasya lirih setengah berbisik, menggoda Bu Ellen.
“Tasya, ngomong apa kamu ini.. nggak penting!” jawab Bu Ellen serius.
Kemudian Bu Ellen beranjak ke ruang tamu, duduk di sofa depan, diikuti oleh Tasya yang mulai usil mengganggu ibunya. Sambil meneguk secangkir minuman teh hangat, Bu Ellen meraih sebuah majalah wanita yang tergeletak di bawah meja. Masih terlihat Tasya duduk di sampingnya sambil mengambil sepotong sandwicth yang tersaji di meja.
“Ibunya David saja sampai sekarang masih terlihat bahagia dengan suaminya, kenapa Mama..?” celoteh Tasya.
“Tasya.. sudah, sudah kita bicara topik lainnya saja ya. Setiap orang punya jalan hidup masing-masing. Kita tidak bisa meniru ataupun bisa sama seperti orang lain begitu saja,” ucap Bu Ellen.
“Mama kan bersahabat dengan ibunya David, setidaknya Mama bisa… “ tukas Tasya.