Lagi-lagi menunggu. Menunggu dan menunggu. Sudah tiga jam telah berlalu sia-sia. Boby tak kunjung datang malam itu sesuai janjinya untuk berkunjung ke rumahnya. Namun tak banyak yang yang bisa Clara lakukan selain hanya sabar menunggu meski setiap detik yang berlalu malam itu, dia rasakan penuh dengan kegalauan. Saat itu dia teringat akan kata-kata Juwita kemarin yang cukup membuat hatinya bimbang.
“Clara, tahukah kamu pacaran itu seharusnya romantis. Menurutku pacaran tanpa belaian dan ciuman itu ibarat sayur tanpa garam, hambar,” kata Juwita mengomentari cerita Clara tentang Boby selama mereka pacaran.
“Clara, coba kamu pikir sekali lagi, selama kamu pacaran apa yang sudah Boby kasih ke kamu. Cuma kasih sayang? Cinta? Janji-janji manis? Itu kurang. Apakah kamu cukup puas dengan ngerasain kasih sayang itu dan apa kamu sudah pernah dapat wujud dari kasih sayang itu?” kata Juwita.
“Apa maksud ucapanmu barusan?” tanya Clara tak mengerti.
“Coba kutanya, apa selama ini dia bersikap romantis kepadamu? Apa dia pernah menciummu?” tanya Juwita.
“Boby memang tidak pernah melakukannya Ta..” jawab Clara datar.
“Lalu.. cowok nggak romantis begitu kenapa masih kamu pertahankan. Bisa makan hati, tahu nggak! Boro-boro kamu dibelai, dipegang saja tidak. Menurutku cowok seperti itu tidak bisa mengerti arti cinta. Clara, kadang kita juga ingin disentuh, tapi sayangnya kamu bego jika harus rela pacaran dengan dia. Atau jangan-jangan dia mempunyai pacar yang lain!” ucap Juwita panjang lebar yang selalu mengiang-ngiang di telinga Clara. Kata-kata Juwita sepertinya begitu memprovokasi dan mempengaruhi perasaannya terhadap Boby.
“Apa benar ya, seperti yang pernah dikatakan Juwita? Entahlah aku sendiri tak mengerti. Kadang aku sendiri juga sempat berfikir apa benar Boby sungguh mencintaiku, karena selama ini dia tak pernah sekalipun membelaiku. Boby bukanlah tipe cowok romantis yang selau kuimpikan, yang selau bersikap biasa bila bersamaku dan anehnya semua itu kujalani begitu saja selama dua tahun lebih, bukan waktu yang singkat memang, karena itu aku selalu berusaha menepis jauh-jauh kegundahanku soal cowok romantis!” ucap Clara dalam hatinya.
”Apa semua ini karena Tasya sehingga dia berpaling dariku? Aku tidak akan membiarkan ini terjadi!” ucapnya dalam hati.
Tapi sepertinya tidak untuk malam ini. Ketidaksabarannya menunggu Boby yang terlambat datang membuatnya semakin yakin kalau Boby tidak menyayanginya ataupun mencintainya. Sepertinya Clara sudah terpengaruh dengan semua perkataan Juwita.
Beberapa saat kemudian..
“Kamu sudah lama menungguku ya? Maaf mobilku mogok tadi, apa boleh buat harus diservis dulu di bengkel!” kata Boby.
“Alasan klise, tidakkah ada alasan lain?” tanya Clara sinis. Sejenak Boby menatapnya dengan janggal.
“Clara, kamu marah ya padaku, memangnya apa yang telah kulakukan hingga membuatmu marah?” tanya Boby datar.