Waktu pun terus berlalu, setelah pengumuman hasil test penerimaan mahasiswa baru, kini saatnya mereka semua yang lolos test UMPTN harus melewati masa penggemblengan atau masa orientasi mahasiswa baru yang rutin diselenggarakan setiap tahun hampir oleh semua kampus di mana pun juga. Tak terkecuali di kampus biru.
Diterima di kampus biru merupakan kebanggaan tersendiri karena merupakan salah satu kampus terfavorit di kota Malang. Siapa pun pasti ingin bisa kuliah di kampus biru dengan sejuta keunggulannya meski untuk sebagian yang lain terkadang hanya menjadi sebuah mimpi saja.
Awal masa penerimaan mahasiswa baru seperti biasa diawali dengan kegiatan OSPEK, yang pasti sangat seru. Khusus untuk Fakultas Teknik, bagi mahasiswa baru berjenis kelamin laki-laki diawali dengan prosesi pembotakan kepala maksimal panjang rambut 2 cm yang membuat seorang pemuda culun tambah culun sampai berniat membelah cermin di kamar kos.
Atau potong rambut ala tentara yang terkenal dengan model rambut 321. Bahkan ada sebagian yang plontos licin mengkilap. Sementara bagi mahasiswa putri bersolek dengan rambut berkepang ala kuncir kuda dengan rumbai pita warna-warni. Berbagai tugas aneh-aneh yang diberikan senior membuat pusing tujuh keliling. Belum lagi jadwal yang padat dan pagi-pagi buta sudah harus siap di kampus.
Yang menyebalkan, tugas-tugas yang banyak tersebut kadang tidak masuk akal untuk dilakukan seringkali merupakan hal yang membuat ketakutan para peserta OSPEK.
Langit masih nampak sangat gelap, matahari pun belum menampakkan sinarnya dari ufuk timur. Pukul 4 pagi alarm dari sebuah jam weker sudah berbunyi sangaat keras “kriiing.. kriiing..” Berisik sekali. Lalu tanpa kesadaran penuh tangan Andini meraih jam weker yang ada di atas meja dekat tempat tidurnya. Segera jari jemarinya mematikan alarmnya dan bergegas tidur kembali. Suara itu begitu mengganggu tidur lelapnya dalam mimpi yang begitu indah. Mimpi tentang hari pertama dimana dia menjalani OSPEK di kampus barunya.
“Hah..? Hari pertama OSPEK? Di kampus baru !? Gawat..! Ibu.... aku telat!“ kata Andini gusar.
Lalu cepat-cepat Andini bergegas mandi dan mempersiapkan semuanya. Tapi taklupa dia sholat subuh dulu. Tak lama kemudian terdengar suara Bu Sari memanggilnya.
“Din… Dini... ayo cepat.. sarapanmu udah ibu siapkan!” panggil Bu Sari.
“Ya Bu… sebentar... tapi Bu.. kalau sarapan dulu Dini bakal telat, jadi sarapannya nanti saja ya bu..” kata-kata itu Andini ucapkan sembari mengecup tangan kanan ibunya dan bergegas masuk mobil.
“Ayo, Pak Jono, bergegas, yang kenceng ya… biar aku nggak terlambat!“ ujar Andini.
“Kalau ngebut nanti ditangkap polisi, Non!“ sahut Pak Jono.
“Pagi ini mana ada polisi. Mereka masih tidur, masih ngantuk hehe…“ celetuk Andini sambil tersenyum kecil.
“Nanti kalau nabrak, bagaimana?“ seloroh Pak Jono.
“Iya sih, tapi nggak apalah setengah kencang saja!“ jawab Andini.
“Lho kok setengah kencang sih Non?“ lanjut Pak Jono.
“Tadi katanya nggak boleh kencang takut nabrak, jadi ya setengah kencang saja biar nggak nabrak.. hehe.. “ sahut Andini.
“Aduh.. Non Dini ini bisa saja hehe.. siap Non, Pak Jono tancap gas nih…. “ kata Pak Jono seraya memacu mobilnya sedikit lebih cepat.
“Hati-hati Pak, jangan sampai nabrak!“ ucap Andini.
“Iya, tenang saja Non, serahkan semuanya pada Pak Jono..hehe.. “ Pak Jono menimpali dengan senyum.
Namun tidak berapa lama tiba-tiba mobil yang mereka kendarai berhenti.
“Lho… kok berhenti Pak, kan kampusnya masih jauh ?“ tanya Andini.
“Anu.. maaf Non, mobilnya mogok. Sebentar saya cek dulu!“ kata Pak Jono sambil keluar mobil untuk mengecek mesinnya.
“Mungkin bensinnya habis Pak!“ kata Andini.
“Nggak Non, bensinnya masih banyak, kan kemarin sore sudah bapak isi penuh,“ jawab Pak Jono.
“Aduh… Non, sepertinya mobil ini harus dibawa ke bengkel. Maklum kan mobil tua jadi sering mogok… hehe.. “ jelas Pak Jono.
“Aduh gimana nih Pak… aku ke kampus naik apa? Kalau sampai terlambat aku pasti akan dikerjain habis-habis oleh panitia… aduh, gimana nih Pak… ?“ gerutu Andini cemas.
“Aduh gimana ya Non, kalau jalan… kampusnya masih jauh. Hm.. begini aja Non, gimana kalau naik becak saja?“ kata Pak Jono.
“Tapi pagi buta ini memangnya sudah ada ya yang narik becak?“ tanya Andini.