Malam harinya, saat semua orang sedang tertidur lelap, Andini masih membuka mata, sepanjang malam dia terus memikirkan salah satu panitia OSPEK yang membuatnya tidak bisa berfikir jernih. Bayangan wajahnya yang penuh kharisma itu benar-benar membuatnya aneh dan tidak bisa tidur semalaman.
Keesokan harinya, hari ini adalah hari keempat Andini menjalani OSPEK. Setelah setengah hari, waktunya istirahat pun tiba.
“Hei, Din. Ngelamun saja... awas nanti kamu kesambet setan lho...!” kata Lidya membuyarkan Andini dari lamunannya.
“Ngapain lagi kalau gak mikirin cowok hehehe...... “ celetuk Amelia.
“Kalau dapat cowok ganteng bagi-bagi dong….” lanjutnya.
“E… kalian masih ingat cowok yang kemarin pagi tabrakan denganku?” tanya Andini.
“Cowok? Siapa sih?” Amelia balik bertanya.
“Itu tuh… panitia OSPEK yang paling ganteng sendiri…” jelas Andini.
“Yang pendiam itu… iya aku tahu…. Kak David?” balas Lidya.
“Iya betul,“ jawab Andini singkat.
“Memangnya ada apa sih Din, kamu suka ya sama dia?” tanya Lidya.
“Idiih… ada yang sedang kasmaran nih… ceritanya.. ” sambung Amelia menggoda Andini.
“Cowok itu? Dia sudah buat aku nggak bisa tidur semalaman. Kenapa hari ini dia nggak kelihatan ya... apa kalian tahu kenapa?” tanya Andini penuh sesal.
“Hei… Din, apa kamu tidak tahu atau berlagak bloon sih... sampai OSPEK selesai kamu bakal jarang lihat dia di lapangan karena tugasnya ngurusin dapur dan mahasiswa yang sakit... hehe..... “ kata Lidya.
“Kangen ya Din?” lanjut Lidya.
“E… narsis amat sih… masak nggak lihat satu hari saja sudah meradang…. hehe… Din.. Din…!” celetuk Amelia.
******
Siang itu sangat terik, beda dengan kemarin, cukup untuk membuat stamina peserta OSPEK drop karena kepanasan dan kelelahan. Saat itu Andini merasakan tubuhnya sedikit demam, sesekali dia terbatuk. Dia terlihat sangat kelelahan. Kemudian dia memberanikan diri untuk minta ijin istirahat. Dengan dipapah seorang petugas kesehatan, Andini istirahat sejenak di teras basecamp Teknik yang cukup teduh karena banyak pepohonan rindang di sekitarnya. Semilir angin sejuk membuat rasa lelahnya sedikit berkurang.
“Ini, sebotol air mineral untukmu! Setidaknya bisa menghilangkan sidikit kelelahanmu,” ucap salah satu panitia OSPEK sambil menyerahkan sebotol air mineral kepada Andini.
Lalu Andini menerima air pemberiannya tanpa melihatnya dan tak berkata apapun. Pandangannya kosong. Sejenak kemudian, “Terimakasih, Kak.”
Kemudian Andini berusaha hendak bangkit dari tempat duduknya namun tiba-tiba “Brak..” Andini terjatuh dan pingsan. Tak ayal membuat sejumlah panitia yang kebetulan berada di situ kaget. Sementara itu panitia yang bertugas sebagai tenaga medis segera memberikan pertolongan secepatnya. Beberapa saat kemudian Andini pun terbangun. Dengan persetujuan panitia, Andini diperbolehkan pulang lebih awal.
Ketika Totok ingin mengantarkan Andini pulang, tiba-tiba “Tok, biar aku aja yang mengantarnya pulang!” Kata-kata itu keluar dari mulut David.
Pucuk dicinta ulampun tiba. Bagai ketiban durian runtuh, Andini tidak membayangkan hal ini akan terjadi, dia akan diantar laki-laki yang telah merampas hatinya.
“Ya Tuhan, apakah aku ini sedang mimpi? Wah… senangnya!” ucap Andini dalam hati sembari tersenyum pada David.
Andini merasa senang karena David mau mengantarnya pulang walaupun sampai saat itu dia masih bersikap dingin, tapi setidaknya dia sudah memperlihatkan kepeduliannya sama Andini. Memang terdengar kabar yang cukup santer bahwa David itu bukanlah cowok yang mudah jatuh cinta pada cewek.
Malam harinya, Andini menceritakan peristiwa tadi siang yang membahagiakan dan tak terduga ini pada Lidya dan Amelia saat mereka berdua menjenguknya.
“Haa.. Andini.. surprise ya…!” sahut Lidya.
“Akhirnya… dahaga karena kemarau panjang sudah terbayar dengan hujan sejam… hehe… !” sambung Amelia.