Seperti biasa ketika jam kuliah belum dimulai, sepanjang jalan belakang gedung registrasi selalu dipadati mahasiswa, begitu juga ketika jam kuliah sudah berakhir. Karena wilayah ini memang menjadi pusat konsentrasi informasi kampus. Sehingga sepanjang jalan ini selalu ramai.
Umumnya mereka berjalan tidak memperdulikan pengguna jalan lain terutama kendaraan yang melewati jalan ini. Ditambah lagi di sepanjang perjalanan, mereka selalu bercanda. Mereka biasanya akan terus berjalan dan baru berpisah setelah menemukan angkot yang jurusannya menuju rumahnya. Sementara yang kebetulan kos akan tetap berjalan kaki karena jaraknya cukup dekat.
”Okey, sampai ketemu besok ya,” kata Tasya pada Dewi, Totok dan Agus.
”Aku juga ya. Aku cabut duluan, Tok, Gus, Wi!” kata David sambil melambaikan tangan pada temen-temennya menyusul di belakang Tasya yang sudah duluan naik angkot.
Mereka berdua emang kebetulan satu jurusan, sehingga mereka kembali sering pulang kuliah bareng seperti dulu. Memang semenjak sama-sama menjadi panitia OSPEK kedekatan mereka kembali terjalin namun entah kedekatan dalam arti apa, semua masih dalam tanda tanya. Karena Tasya masih terus mengejar Romi.
******
”O iya, Tasya, nanti dari perpustakaan, temenin aku ke toko buku ya? Aku mau cari majalah Elektronika!” kata David kepada Tasya lewat ponsel.
”Mau dong.. ?” lanjut David.
”Iya.. iya aku mau. Tapi jemput aku ya...” jawab Tasya.
”Iya deh. Pokoknya tunggu asja di rumah, sebentar lagi aku meluncur,” kata David.
Menunggu David mau menjemputnya, membuat hatinya berdebar-debar. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dadanya. Sebab sudah lama dirinya tidak jalan bareng dengan David, hubungannya sedikit renggang gara-gara kehadiran Romi. Karenanya dia sedikit menjadi nervous. Jangankan berjalan berdua, menatap wajahnya saja seringkali Clara selalu berdebar-debar, walaupun dulu mereka sering jalan bersama.
Dengan mengendarai sepeda motor bebek, tepat pukul 08.00 WIB, David tiba di rumah Tasya, yang memang sudah dari tadi menunggunya dengan perasaan berdebar-debar. Sejenak kemudian mereka berdua pun langsung meluncur ke kampus. Sepanjang perjalanan, perasaan Tasya tidak menentu. Clara pun banyak diamnya dan hanya sesekali berbicara, itu pun bila ditanya David.
”Kok dari tadi kulihat kamu banyak diam sih, Sya? Cerita dong.. ada masalah apa?” tanya David yang mencoba mengusik untuk membuka kebisuan Tasya.
”Nggak ada apa-apa,” jawab Tasya singkat.
”Kalau sudah dapat buku yang ingin kupinjam di perpustakaan, kita langsung ke toko buku saja ya?” lanjut David lagi.
”Okey,” jawab Tasya melalui suaranya yang lembut itu dan sepertinya begitu mahal untuk dikeluarkan.
Tak beberapa lama kemudian, mereka pun tiba di kampus. Setelah memarkir sepeda motornya, mereka bergegas menuju perpustakaan kampus.
******
Saat Tasya menunggu David yang sedang memilah-milah buku yang dicarinya di deretan rak buku, dia melihat Andini yang baru saja memasuki ruangan perpustakaan.
“Din!” panggil Tasya.
Karena mendengar namanya dipanggil seketika Andini menoleh ke arah sumber suara itu.
“E… Kak Tasya. Apa kabar Kak?” balas Andni sambil melangkah menghampiri Tasya yang sedang duduk di bangku pojok.
“Baik, Din. Kamu sendiri gimana?” tanya Tasya balik.
“Alhamdulillah, baik juga Kak. Sendirian saja mbak?” jawab Andini.
“Nggak, sama David,” jawab Tasya.
“Sama Kak David… ??” tanya Andini lirih meyakinkan.
“Iya. Kamu sendiri tumben hari Sabtu kok ke perpustakaan…” kata Tasya.
“Mau minjam buku, ada tugas untuk hari Senin, Kak!” jawab Andini.
Sejenak kemudian David sudah kembali sambil membawa buku seperti yang diinginkannya. Mengetahui kehadiran David, membuat perasaan Andini jadi tidak menentu.
“E.. ada Andni… sudah lama Din?” sapa David.
“Nggak, baru saja kok!” jawabnya lirih.
“Sudah ketemu Vid?” tanya Tasya.
“Sudah nih..” jawab David seraya duduk di kursi tepat berhadapan dengan mereka berdua dalam satu meja.
Sejenak mereka bertiga terjebak dalam kebisuan kata, mereka sepertinya sedang sibuk dengan perasaannya masing-masing. Sementara itu nampak Andini sedikit salah tingkah dan sedikit-sedikit tangannya membetulkan jilbab yang dia kenakan. Sepertinya dia ingin terlihat menarik dan cantik di mata David.
“Lho.. kok malah diam semua… hello any body home..?” David mencoba untuk mencairkan suasana.
“Ng.. Nggak kok, bukunya sudah dapat Vid?” tanya Tasya terbatah.