Di suatu siang, seusai kuliah, Andini, Lidya, Amelia dan Mila sedang berkumpul dan asyik menikmati segelas ice juice di kafe Tulip, kafe kebanggan mahasiswa Tata Boga. Tiba tiba ponsel Andini berbunyi dan diambilah ponselnya dari dalam tas dan terlihat dilayar ponsel tertulis pesan dari Farhan, Andini tak menghiraukan pesan dari Farhan dan menaruh kembali ponselnya itu ke dalam tas.
“Huft… Farhan lagi.. Farhan lagi.. capek deh..” gumamnya dalam hati.
“Sms dari siapa Din? Kok gak di balas sih!” tanya Lidya pada Andini.
“Adik ku minta dibeliin ice cream pulang nanti!” jawab Andini sekenanya.
“Hei.. Din, setahuku kamu kan tidak punya adik tapi kakak….?” celetuk Amelia.
“E… ini adik keponakan kok!” sahut Andini.
“Hayo… ketahuan nih… dari siapa?” goda Lidya.
“Bukan dari siapa-siapa….” elak Andini.
“E.. lihat, Din, itu kan Kak Tasya?” celetuk Amelia.
“Mana?” sahut Andini.
“Itu…. baru masuk, nah.. dia duduk di bangku pojok!” ucap Amelia.
“Samperin yuuk..” ajak Lidya.
“Nggak ah….” kata Andini.
“Kenapa? Hm… aku tahu sebabnya… ya.. ya aku mengerti!” lanjut Lidya.
“Din, Kak Tasya cantik banget ya.. ?” puji Amelia.
“Iya,” sahut Lidya.
“Nggak berlebihan jika banyak cowok yang naksir dengan dia,” sambung Lidya.
“Termasuk Kak David!” celetuk Amelia.
“Sstt….” Lidya memberikan isyarat kepada Amelia agar diam, tidak meneruskan ucapannya.
“Nggak apa-apa kok, memang kenyataannya begitu…” ucap Andini lirih. Namun raut wajah sewotnya tidak bisa membohongi perasaannya.
“Sorry Din, aku nggak bermaksud…..” kata Amelia.
“Nggak apa-apa, santai saja lagi…. aku nggak ada hubungan apa-apa sama Kak David. Jadi nyantai aja…” balas Andini.
“Yuk kita pulang..” ajak Lidya.
“Sudah, kalian duluan aja deh..” kata Andini.
“Lho, Din, kamu mau kemana?” tanya Lidya.
“Aku mau ke perpustakaan sebentar,” jawab Andini.
"Din, kamu yang bayar ya… hehe..” sambung Amelia.
“Beres, kali ini aku yang traktir!” balas Andini.
Sejenak kemudian Lidya dan Amelia pergi meninggalkan Andini yang masih asyik menikmati segelas jus alpukat.
“Hei... Andini, sendirian aja?“ sapa Tasya yang sudah berdiri disamping Andini.
“E.. Kak Tasya. Nggak mbak, tadi sama Lidya dan Amel, tapi mereka sudah pulang duluan. Kak Tasya mau kemana? “ tanya Andini.
“Aku mau ke perpustakaan!“ jawab Tasya.
“Wah... kebetulan sekali, Kak. Aku juga mau ke perpustakaan. Kita bareng ya Kak.“ kata Andini.
“O iya, ayo..!” sahut Tasya.
“Sebentar Kak, aku bayar jus dulu,” kata Andini.
Kemudian mereka berdua melangkah pergi meninggalkan kafe Tulip menuju ke perpustakaan.
Beberapa saat sesampainya mereka di perpustakaan..........
“Ngomong-ngomong, tumben Kak Tasya sendirian, kan biasanya kalau ke mana-mana sering bareng sama Kak David?” tanya Andini.
“Iya, David masih ada kuliah dan sepertinya dalam satu minggu ini dia sibuk banget, maklum dia kan ketua umum HMJ… saat ini dia sedang ada rapat koordinasi HME se-Malang Raya!” jawab Tasya.
“Kalau boleh tahu, Kak David sudah punya pacar atau belum sih…, Kak? Atau jangan-jangan kalian pacaran ya?” lanjut Andini dengan berat hati dan intonasi yang makin rendah.
Tasya hanya menggelengkan kepalanya.
“Maksudnya…, Kak? Belum pacaran?” cecar Andini.
Lagi-lagi hanya mengelengkan kepalanya saja.
“Kenapa Kak Tasya nggak pacari aja Kak David?” tanya Andini lagi.
“Mbak.., Kak David pernah mengatakan cinta pada Kak Tasya ya?” lanjutnya.
Tasya hanya menganggukkan kepalanya.