Melihat ekspresi wajah Tasya yang begitu sangat mencemaskan keadaan dirinya, membuat David trenyuh.
“Apa yang terjadi dengan Tasya, sungguh baru kali ini aku melihatnya begitu mengkhawatirkanku,” pikir David.
Dengan tenaga yang tersisa, David kembali mencoba untuk berdiri di bantu oleh Tasya.
“David, mari kubantu berdiri,” ucap Tasya.
Dengan tatapan tajam penuh tanda tanya, David menyahut, “Terimakasih.”
“Boby sudah sangat keterlaluan,” gerutuTasya dalam hati.
Sementara itu, David sudah mampu berdiri, namun mendadak tubuh dan tangannya gemetar hingga dia nyaris roboh lagi, untunglah Tasya dengan sigap merangkulnya dari belakang.
“David, kamu masih kuat?” tanya Tasya cemas.
“Kalian lihat, untuk berdiri saja dia tidak mampu. Kalian terlalu berlebihan. Bob, jika sampai ada apa-apa dengan David, kamu harus bertanggung jawab,” hardik Tasya kesal dengan tatapan tajam ke arah Boby.
“Tasya, kenapa kamu sekarang lebih memilih dia?“ balas Boby pada Tasya.
“Tasya, ada apa denganmu?!” lanjut Boby dengan geram.
Namun mendadak mereka semua dikejutkan dengan kedatangan Pak Tri, Pembantu Dekan III Fakultas Teknik.
“Ada apa ini? Lho, apa yang kalian lakukan pada David? Ada yang bisa menjelaskan?” tanya Pak Tri cemas.
“Sabar dulu Pak Tri, jangan salah paham dulu. David yang mulai duluan,” jawab Boby.
Sejenak Boby melayangkan pandangan ke arah David dengan tatapan mta tajam seperti mata seekor burung elang yang hendak menguliti mangsanya. Namun hal itu tidak membuat David keki, bahkan dia membalas tatapan Boby dengan penuh amarah.
Dengan menghela nafas panjang Boby berkata, “Begini, Pak Tri, saat aku menuju lapangan basket, aku mendengar ada keributan. Ternyata David sedang ribut sama Tasya dan dia berbuat kasar padanya. Saat kutegur, justru dia marah dan menghajarku. Aku tidak terima David memperlakukan Tasya seperti itu. Karena itu aku balas menghajarnya, Pak!”
“Bohong, Pak! Boby pandai membolak-balikkan fakta. Dia pembohong!” hardik David dengan sisa tenaganya.
“Bob, kamu bilang David yang memukulimu, tapi kenapa yang babak belur justru David, bukankah seharusnya yang babak belur itu kamu, Bob!” kata Pak Tri penasaran.
“Bohong! Mereka semua mengeroyokku, Pak!” celetuk David masih dengan tubuh gemetar. Sementara itu Tasya hanya diam sambil memegangi David.
“Bob, apa betul yang dikatakan David?” tanya Pak Tri.
“Iya, Pak. Tapi aku kan membela diri. Mereka tentu saja membelaku!” jawab Boby.
“Bohong, Pak. Mereka bohong!” hardik David lagi.
Kembali pandangan Pak Tri mengarah kepada Boby dengan tatapan mata penuh selidik, “Bob, apa benar seperti yang dikatakan David, jika benar berarti kamu lah yang bersalah.”
Terlihat tubuh David semakin gemetaran. Dia berusaha berdiri namun tiba-tiba David terkulai tidak sadarkan diri dalam pegangan Tasya.
“Pak, tolong, David pingsan!” teriak Tasya cemas.
Dengan sigap Pak Tri menghampiri Tasya dan membantu memegangi David.
"Hai, kalian jangan hanya diam saja. Ayo tolong dibantu, bawa David ke klinik!” perintah Pak Tri.
“Gus, Rofi cepat kalian bantu Pak Tri. Bawa David ke klinik. Tapi ingat jika kalian di tanya macam-macam sama Pak Tri, kalian tahu apa yang harus kalian katakan!” bisik Boby lirih.
“Baik, Bos!” jawab Agus dan Rofi bersamaan sambil berlari mendekati Pak Tri.
“Sekarang kalian bawa David klinik!” perintah Pak Tri kemudian.
“Baik, Pak!” jawab Agus dan Rofi sembil membopong tubuh David menuju klinik kampus yang berada di jalan Semarang, yang masih berada di dalam area kampus Universitas Negeri Malang.
Sementara itu, Boby dan Pak Tri masih berada di lapangan basket.
“Boby, apa alasanmu memukuli David?” tanya Pak Tri.
“Aku cemburu, Pak! David telah merebut Tasya dariku!” jawab Boby.
“Boby, kamu harus menerima konsekuensi dari tindakanmu ini. Kamu akan menerima sanksi indisipliner dan terancam DO dari kampus ini!” tukas Pak Tri sambil melangkah pergi meninggalkan Boby.