KUTITIPKAN RINDU INI

DENI WIJAYA
Chapter #23

LOVELY SOULMATE #23

Seiring berjalannya waktu, prahara di keluarganya, sepertinya tak hendak pergi dari kehidupan David. Pertikaian antara ayah tiri dan ibu kandungnya, serta turut campurnya pihak ketiga membuat kehidupan rumah tangga ibunya tidak harmonis. Belum lagi keluarga besar dari ayah tirinya yang juga ikut campur urusan keluarganya. Hingga pada puncaknya, David melarikan diri dari rumah. Dia merasa sudah terlalu muak dan tidak tahan dengan perilaku ayah tirinya.

David merasa terbuang dari keluarganya dan memilih untuk hidup di jalanan. Broken home, membuat kuliahnya terbengkalai hingga terancam di drop out dari kampus karena tidak pernah mengikuti perkuliahan. Melihat kondisi David seperti itu, Tasya merasa miris dan prihatin.

Dengan berbagai cara, dia mencoba membujuk David agar mau kembali pulang dan melanjutkan studinya. Dia tidak tega melihat sahabat terbaiknya harus terpuruk oleh keadaan. Akhirnya David pun mengikuti anjuran Tasya dan kembali pulang.

Waktu terus berjalan, tak terasa David telah diwisuda karena sudah menyelesaikan kuliahnya dan kini dia berhak menyandang gelar sarjana teknik. Karena prestasinya, David menerima beasiswa melanjutkan studi S2 di Melbourne, Australia.

Sementara itu, masih di kampus biru...

Pada tanah nan luas membentang itu, yang di atasnya berdiri beberapa bangunan megah dengan taman di sekelilingnya. Tasya, yang saat itu diselimuti kegundahan tak hentinya melangkah tanpa arah dan tujuan dengan memusatkan mata pada panah yang tertulis Fakultas Teknik.

Sejenak Tasya menghela nafas panjang, membiarkan kakinya berjalan melewati panah itu. Dencit suara sepatu yang memantul di atas jalan aspal yang mulai pudar warna hitamnya, memecah keheningan, membuat matahari penasaran, lalu mengintip di sela rindangan pohon yang berjajar di sepanjang jalan kampus yang dia lewati.

Sesampainya di gedung E4, tempat di mana David menimba ilmu selama tiga tahun, tampak begitu sepi. Semakin terasa sepi ketika Tasya menyadari saat beberapa mahasiswa jurusan teknik elektronika sudah mulai tak terlihat di gedung E4, hanya beberapa orang yang masih bertahan dibalik kesunyian jumat sore.

Masih tampak bayangan David keluar masuk gedung E4 dalam penglihatan Tasya. Sejuta kenangan indah bersamanya pergi bersama sang waktu. David telah membawanya bersama sang waktu, saat wisuda kelulusannya. Sepi.

Tasya baru menyadari bahwa hari semakin senja sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Hingga nada SMS di ponselnya berbunyi membuyarkan lamunannya. Dia tertunduk membaca SMS itu, seiring langkahnya yang terhenti, membuat jantungnya berdetak semakin kencang tak beraturan.

Beberapa saat aku terdiam dalam lamunan, namun kembali berjalan melewati beberapa gedung hingga tiba di sebuah taman yang diatasnya berdiri jajaran huruf yang jika dibaca akan terlihat kata Universitas Negeri Malang. Jajaran huruf-huruf itu dibuat dari plat logam kilap dengan polesan berwarna perak dengan media tulisan terbuat dari semen. Sejenak Tasya mencoba menikmati pemandangan, menahan untuk tidak melirik jam tangan berwarna merah muda yang melingkar di lengan kanannya.

“Hmm.. andaisaja waktu bisa kembali ke masa lalu...” gumamnya dalam hati.

Tasya teringat saat dirinya bersama seluruh panitia OSPEK mengadakan rekreasi di pantai Pasir Putih, Situbondo, Malang. Saat itulah banyak waktu yang dihabiskannya bersama David.

”Hati-hati. Tasya, kamu tidak apa-apa?!” teriak David saat melihat Tasya tersandung batu yang tidak terlalu besar, untung tangannya begitu cekatan menarik tangan Tasya sehingga tubuhnya tertahan untuk terjatuh. Akhirnya mereka tertawa bersama.

Menyusuri pesisir pantai Pasir Putih yang berpasir lembut, dengan hembusan angin laut yang semilir sambil merentangkan kedua tangannya merupakan suatu hal yang tak akan terlupakan. Terbayang adegan Kate Winslet dan Leonardo de Caprio di film Titanic.

Dan dengan tiba-tiba, David mendahului berjalan di depan Tasya dan menyuruhnya merentangkan tangannya dan dengan kamera ponselnya ala seorang fotografer professional, dia seolah sedang mengambil foto dirinya, berkali-kali sambil mengarahkan pose-pose yang alami. Angin yang berhembus di sepanjang pantai menyebabkan sebagian rambut Tasya menutupi wajahnya.

Lihat selengkapnya