“Melihat reaksimu, sepertinya kau paham. Ya, aku adalah orang Svetlia.” Kata Bibi Valeria pelan.
Aku masih merinding.
Bibi Valeria adalah orang Svetlia?
Bukankah orang-orang Svetlia itu kejam dan bengis?
Berbeda sekali dengan yang selama ini diceritakan...
Bibi Valeria itu baik.
Ya memang dia galak, tapi dia baik.
Sungguh berbanding terbalik dengan cerita yang kudengar tentang orang Suku Svetlia.
“Kenapa, Andre? Kau takut?” Kata Bibi Valeria, nadanya seperti orang tersinggung.
“A... Anu... Kudengar orang-orang Svetlia itu jahat dan kejam. Tapi... Bibi Valeria sama sekali tidak begitu. Ya Bibi Valeria memang galak sih, tapi baik.” Kataku polos.
Mendengar kalimat terakhir, Paman Igor tertawa.
“Kau dengar itu, Val? Andre menyebutmu galak! Buahahahaha!!”
Bibi Valeria menjitak kepala Paman Igor, membuat laju kereta kuda sedikit kacau lagi tapi bisa segera dikendalikan oleh Paman Igor.
Bibi Valeria memandangku dengan wajah muram.
Ia menghela napas.
“Jadi itu yang diajarkan pada masyarakat yah... Sampai-sampai anak-anak sepertimu mengenal kami sebagai sekumpulan manusia yang jahat dan kejam... Yah, aku tidak kaget sih.”
“Ma... Maaf, Bibi Valeria.”
Bibi Valeria tersenyum lebar lalu mengacak-acak rambutku.
“Hahahaha, tidak apa-apa. Aku sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh orang non-Svetlia. Aku juga bisa mengerti kalau kalian berpikiran begitu. Tapi katamu aku ini baik kan? Itulah kami sebenarnya. HAHAHAHA!!!” Bibi Valeria tertawa kencang.
“Ssssttt! Jangan keras-keras! Kau ini ya, hobi sekali kalau tertawa keras begitu. Ingat, kita masih dalam posisi bersembunyi!” Paman Igor mengingatkan Bibi Valeria.
“Hehehe, iya. Maaf!” Kata Bibi Valeria sambil menjulurkan lidahnya.
Kalau Bibi Valeria memang orang Svetlia, itu menjelaskan kenapa ia bisa sangat cepat berlari.