“AYAAAAHHH!!!”
Aku berlari mendekati ayah yang terjatuh.
Jangan, jangan sampai ayah mati.
Kulihat ada beberapa panah menancap di badannya.
Ayah terluka parah.
Tidak, ayah tidak akan mati!
“Ayah...”
...
“... Oh... Andre ya.”
Tidak, tidak.
Jangan memandangku seperti itu.
Ayah pasti kuat.
Ayahku adalah mantan ketua kelompok ini.
Ayahku bisa mengalahkan orang-orang sebanyak itu sendirian.
Ayah kuat!
“... Ayah... Ngantuk... Ndre...”
“Tidak, ayah...! Jangan tidur!”
Gawat
Ayolah, yah!
Jangan menyerah!
Ayah pasti bisa!
Ayah jangan mati!
“...Tolong... Biarkan... Ayah... Tidur...”
Nggak
Nggak mau
Ayah belum boleh tidur sekarang
AYAAAHHH!!!
Dari kejauhan kulihat Bibi Valeria berjalan mendekat sambil menggendong seseorang.
“BIBI VALERIA! TOLONG AYAH!”
Bibi Valeria dengan panik segera berlari mendekatiku.
“Coba kulihat sebentar, Ndre.”
...
...
“Groookkkk.... Groookkk...”
Ayah mendengkur.
“...”
“...”
“Ayahmu cuma tidur kok, Ndre. Jangan khawatir. Lukanya banyak tapi tidak ada yang mengenai titik vital. Ayahmu juga sulit tidur kan beberapa hari ini.”
Lega sekali rasanya.
Syukurlah, ayah tidak mati.
Luka-luka ayah juga tidak ada yang serius.