Kutkh

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #21

Pertarungan

Kami kembali ke ruangan tempat pesta ulangtahunku digelar.

Kok jadi sepi sekali.

Aku membuka pintu.

Terlihat sesosok orang bertubuh besar dengan brewok tebal di wajahnya.

Gennady...

“Sudah berapa kali kubilang, JANGAN MEMBUAT KEGADUHAN! LALU HEMAT PERSEDIAAN KITA!”

“Gennady, kami menyiapkan semua ini dengan uang pribadi. Selain itu apa tak boleh kami mengadakan sedikit pesta untuk Andre? Dia itu masih kecil, tak masalah kan kalau kami mengadakan pesta kecil-kecilan untuknya? Hitung-hitung untuk menghiburnya di kondisi kita yang keras ini.”

Bibi Valeria memberikan alasannya.

“Hmph! Bocah itu lagi! Aku benar-benar muak dengannya. Jadi karena dia berulangtahun lalu kalian semua mempertaruhkan keberadaan markas kita ini!?”

Bibi Valeria tampak marah, ia hendak menghunus pedangnya tapi ayah segera menahannya.

“Maafkan aku. pesta ini adalah ideku. Setiap tahun keluarga kami selalu merayakan ulangtahunnya. Aku tidak ingin dia kecewa.”

Jadi pesta ulangtahun ini ide ayah...?

Aku bahkan tidak ingat kalau ini hari ulangtahunku.

Gennady menggebrak meja.

“Novel... Aku sudah cukup sabar menerima anakmu yang tak berguna itu di dalam kelompok kita. Tapi mendengar alasanmu, aku sepertinya tidak perlu berbaik hati lagi.”

Tidak berguna...

Kata-kata itu lagi...

“Gennady, aku sangat berterima kasih karena kau mau menerimanya selama ini. Tapi tolong, jangan usir putraku, kalau kau mau, usirlah aku saja.”

“INI BUKAN MASALAH SIAPA YANG HARUS DIUSIR! ANAK ITU SELAMA INI HANYA MEMBEBANI KELOMPOK KITA! DIA HARU...”

“PAMAN GENNADY!”

Aku sudah tidak tahan dengan sikapnya.

Selama ini aku berusaha untuk lebih kuat dengan berlatih bersama David.

Tapi dia selalu saja menganggapku beban kelompok.

Tidak bisakah dia menghargai usahaku selama ini?

“Hoh, muncul juga kau. Ada apa memanggil namaku?”

“... Aku menantangmu dalam duel satu lawan satu!”

Semua yang ada di situ terkejut.

Seorang bocah 12 tahun yang belum mahir bela diri...

Menantang seorang pemimpin kelompok perampok yang sudah sangat berpengalaman dalam pertarungan.

Jujur aku sendiri terkejut dengan kata-kataku.

Mungkin karena aku terlalu emosi mendengar kata-katanya, aku melontarkan tantangan yang tidak masuk akal ini.

“Hah? Menantangku? HUAHAHAHAHAHA!!! BAIKLAH! Kalau kau menang, kau boleh tetap di sini dan aku akan mengakui kemampuanmu. Tapi kalau kau kalah...”

Gennady memutus kalimatnya.

“Kau harus keluar dari sini, sendirian.”

Saat Gennady mengatakan itu, ia juga menoleh pada ayah dan Bibi Valeria.

Glek...

Aku takut...

Bagaimana ini...?

Aku ceroboh...

Aku tidak mungkin menang melawannya.

Aku juga tidak mungkin bisa selamat di luar sendirian.

Apa yang harus kulakukan...?

“Nah, apa jawabanmu? Kalau kau menolak, kuanggap kau kalah.”

Aku tidak bisa lari lagi.

Ini gara-gara aku tidak bisa mengontrol emosiku.

“Baiklah, aku terima.”

Gennady keluar ruangan dengan senyum lebar di wajahnya.

Ia benar-benar membenciku.

Sebaliknya, ayah, Bibi Valeria dan David terlihat sangat cemas.

“Andre... Kau belum pernah menggunakan senjata sebelumnya. Aku benci mengatakannya, tapi kesempatan menangmu hampir tidak ada...” Kata David.

Terima kasih atas kata-katanya, pak guru.

Terima kasihhh sekali.

Aku bisa lebih tenang saat mendengar kata-katamu itu.

Bibi Valeria menitikkan air matanya.

“Andre... Maaf...”

Bibi Valeria memelukku dengan erat.

“Andre...”

Ayah menatapku tajam seperti saat aku ketahuan mencuri jagung.

Tapi matanya terlihat sangat cemas.

Ia gantian memelukku.

“Kalahkan... Dia...”

 

Baiklah...

Tak ada lagi yang bisa kulakukan.

Aku harus mempertanggungjawabkan kata-kataku.

Aku akan bertarung dengan Gennady.

 

...

 

Kami bersiap di tempat biasa aku latihan bersama David.

Seluruh anggota kelompok ini juga ikut hadir untuk menyaksikan pertarungan kami.

David berlaku sebagai wasit di situ.

“Senjata diperbolehkan, tapi senjata kayu. Jika salah satu dari kalian sudah tidak bisa bertarung atau menyerah, pertandingan usai.”

Gennady tampak sangat bersemangat.

Tapi apa dia tidak malu.

Bertarung melawan bocah usia 12 tahun sepertiku.

Kalau aku ada di posisinya, aku pasti malu.

Aku tidak pernah bertarung menggunakan senjata.

Pernah sih, waktu latihan bersama Bibi Valeria.

Tapi aku langsung K.O. di hari pertama.

Aku memutuskan untuk bertarung dengan tangan kosong.

Akan kuperlihatkan semua hasil latihanku bersama David.

“Bersiap.... MULAI!”

 

Gennady tak bergerak sedikitpun.

Ia dengan pedang kayunya terlihat sangat kokoh.

Tak ada celah sedikitpun.

Bagaimana aku menyerang?

“Kenapa? Kau pikir ini kontes pandang-pandangan?”

Gennady mengejekku karena sama sekali tidak bergerak juga.

Tenang Andre... Dia hanya berusaha memancingmu.

“Kalau kau masih diam saja, aku yang akan menyerang!”

Gennady mulai menyerang.

Gerakannya sangat cepat.

Sial, aku tidak bisa mengimbanginya.

Lihat selengkapnya