Kutkh

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #24

Ke Plemenita

“Andre... Bangun.”

Mmmm... Bentar... 10 menit lagi...

Aku ngomong apa sih, menit itu apa.

Ahhh! Gara-gara pikiran itu aku jadi bangun kan.

“Tumben kau langsung bangun.”

Suara ini... Bibi... Valeria...?

Oh iya, dia bilang akan mengunjungi kami.

Kulihat sekeliling, rupanya sudah pada bangun semua.

“Sarapan dulu sana, Ndre.”

David menyuruhku sarapan.

Dari keempat orang kelompok kami ini, dia sepertinya yang paling bugar.

Sepertinya ia yang bangun paling pagi.

Dengan setengah sadar aku beranjak keluar kamar.

Aku meminta makanan pada bibi penjaga penginapan.

Menu yang disajikan...

Sepotong roti dan sup...

....!!!

Oh tidak, aku tidak mau makan ini.

Aku minta ganti saja pada bibi penjaga penginapan ini.

“Bibi... Apa supnya ada yang tidak pakai telur? Aku tidak suka telur rebus.”

“Heh, kau ini masih kecil sudah pilih-pilih makanan ya. Tidak ada! Makan saja yang kusediakan.”

Elah... Galak amat...

Perasaan di sini aku pelanggan deh, malah dibentak gitu...

Kutatap sarapanku.

Glek...

Apa sih enaknya telur rebus?

Kenapa manusia-manusia ini pada doyan dah?

Aduh... Mana ini telurnya dicampurin ke supnya lagi...

“Hoahheemmm... Kenapa Ndre? Makananmu kok hanya diliatin gitu?”

Ayah... Kau penyelamatku...

“Anu, yah. Ini...”

Aku menunjuk beberapa potongan-potongan telur rebus di dalam supku.

Ayah sejenak nampak tidak mengerti, tapi sepertinya ia paham juga akhirnya.

“Hehehe... Bisa minta tolong yah...? Mintain sup yang nggak ada telurnya ke bibi itu...”

Yes...! Kalau ayah, pasti bibi itu langsung memberikannya.

 

Tapi, sepertinya rencanaku gagal total.

Ayah malah melotot ke arahku.

“Kau ini sudah sebesar ini masih pilih-pilih makanan? Habiskan semuanya!”

Tak kusangka ayah akan sedikit membentakku.

“Siap!”

Tanpa sadar aku mengucapkan itu pada ayah.

Ya ampun... Sepertinya ini efek saat berlatih dengan David.

Kalau sudah begini, aku tidak bisa lari lagi dari telur-telur itu.

Mungkin menahan napas bisa sedikit membantu.

Kutahan napasku lalu kulahap dengan cepat telur-telur itu.

Oh tidak, kuning telurnya membuat kerongkonganku seret.

Kuminum kuah supnya sebagai pengganti minum.

Oh tidak, bau amisnya masih terasa.

Aku ingin sekali muntah, tapi ayah menatapku tajam seperti itu.

Mungkin roti akan membantu.

Kumakan rotinya dengan cepat.

Seret lagi...

Ohhh Tuhaannnn, aku gak bisa napasss.

Tolonggg....!!!

“Boleh minta air?” Entah siapa yang memintanya, aku tak lihat.

Ayah menyodorkan segelas air untukku.

Kuminum air itu dengan penuh sukacita.

“HUUUAAAAHHHHH!!!!”

Lega sekali.

Lihat selengkapnya