Kutkh

Alexandro Pradeska Gunawan
Chapter #29

Konfrontasi

Sesuai perkataan Branimir, keesokan harinya kami pergi untuk mengembalikanku ke ayah dan yang lain.

Kami hanya pergi berdua, tapi kurasa itu sudah cukup melihat Branimir itu kuat. Lagipula kalau membawa banyak orang malah akan terlihat mencurigakan.

Kami pun berangkat dari kamp bandit menuju tempat Branimir dkk menyerang kami. Sofia berkata tempat itu bisa menjadi awal untuk melakukan pencarian, masuk akal juga.

Sepanjang jalan Branimir selalu mengajakku berbicara. Terkadang ia melontarkan lelucon-lelucon juga. Tidak seperti Pak Guru David, leluconnya lumayan lucu untuk anak seusiaku.

Sikapnya ternyata sangat bersahabat, berbeda sekali dengan saat kami pertama kali bertemu.

Tapi kalau kuingat-ingat, waktu awal kami bertemu dia juga tidak ada niat untuk menyakitiku, aku saja yang panik lalu memilih untuk bertarung melawannya.

Tanpa sadar, kami sampai di tempat tujuan.

Sepi sekali, tak ada seorangpun.

Bekas-bekas perampokanpun tak ada.

“Bah, tak ada apapun yah.” Keluh Branimir.

Hmm... Aku mencoba untuk mencari-cari petunjuk.

David mengajariku untuk menganalisis keadaan sebelum menyerang.

Aku rasa ajarannya bisa diterapkan dalam kondisi seperti ini.

Petunjuk... Petunjuk...

Sial, di sini benar-benar tidak ada apa-apa...

Apa yang bisa dijadikan petunjuk kalau gini?

...

Tunggu dulu... Tidak ada apa-apa...?

Bukannya kemarin aku naik kereta kuda?

“Anu, aku mau tanya. Kemarin apa kereta kudanya dihancurkan?”

“Kereta kuda...? Oh, nggak lah. Kami cuma ngambil barang-barang berharga dan kau.”

Kereta kudanya aman ya.

Apa mungkin mereka sudah pergi duluan ke permukiman terdekat?

“Permukiman terdekat di sini ada di mana?”

“Hmm... permukiman yah... Kalau tidak salah ada desa di sebelah...”

 

“Sebelah mana?”

“...Sebelah... Umm...”

Branimir terlihat berpikir keras.

...

Oh tidak, sepertinya otaknya sudah mulai terbakar.

“Anu... Kau tidak apa-apa?”

“Ha? Apa?”

Gawat, sepertinya otaknya beneran mulai korslet.

Korslet... Apa pula itu...

“K-kalau kau sulit menjawabnya, mungkin kita bisa pulang lalu menanyakannya pada Sofia.”

Sofia, selain terlihat lebih ‘beradab’, ia terlihat lebih terpelajar juga dibandingkan yang lain.

Kenapa tadi nggak ngajak dia sekalian ya...

“Ahah... Ahaha... Iya, ayo kita kembali dulu.” Kata Branimir terlihat agak lesu.

Haahh... Dari pembicaraan-pembicaraan kami dan pembicaraan saat dengan Sofia, aku paham kalau dia ini punya masalah di otaknya, tapi tidak kusangka separah ini... Sampai-sampai menentukan arah dari wilayah kekuasaannya saja bingung.

Saat kami hendak kembali, kami diserang oleh empat orang.

“Kembalikan putraku!”

“Ayah!”

Untunglah mereka langsung ketemu, kami tidak perlu susah-susah ke desa yang Branimir maksud.

Tapi... Situasi ini...

Branimir terlihat seperti penjahat yang menculik seorang anak. Ya itu benar sih, tapi dia ada niatan untuk memulangkanku.

Lihat selengkapnya